Rabu, 17 Desember 2008

# d' ArGuMenTatios # laporan perjalanan

PKS JADI KAMBING HITAM??

MASIH ingat dengan postingan saya beberapa hari yang lalu dengan judul : OBAT KUAT UNTUK IRWANDI?, saya benar-benar tidak menyangka kalau berita itu akan menjadi headlinenews beberapa surat kabar daerah. namun, yang sangat disayngkan PKS harus menjadi kambing hitam walaupun HARI RAYA QURBAN telah berlalu. dan ternyata sangat banyak komentar menghiasi postingan saya. Wow! ada 34. Nah berikut Komentarnya:

 Chalid said :
kadang demo mahasiswa ada baiknya, tp kadang jg ada buruknya. apalagi klo demo ditunggangi sama orang yang tidak bertanggung jawab.
sering x demo mahasiswa berbau politik, padahal slogan mahasiswa, kampus adalah tempat menuntut ilmu bukan tempat untuk berpolitik. tp mengapa malah mahasiswa yang notabene merupakan isi kampus malah demo masalah politik bukannya seharusnya menuntut ilmu?.
pak irwandi selaku gubernur, dipilih secara langsung oleh rakyat aceh untuk menjadi kepala pemerintah. jabatan gubernur adalah jabatan politis.
saya tidak membela pak irwandi, jg tidak membela mahasiswa. saya cuma rakyat biasa.
saya cuma ingin bertanya, mengapa mahasiswa mengatakan pak irwandi menghabiskan uang rakyat?
memangnya uang rakyat yang dimiliki pemerintah aceh ada brp?
berapa yang sudah dihabiskan pak irwandi?
apa dasarnya kok bisa mahasiswa mengatakan uang tersebut dihabiskan pak irwandi?
bukankah rakyat aceh jg punya wakil rakyat yang duduk di dpr, klo memang pak irwandi menghabiskan uang rakyat, mengapa wakil rakyat diam saja?
  
Ijal said :
sekedar berpendapat saja:
pertama, di tulisan ini ga ada sebutan irwandi makan uang rakyat. jadi sepertinya anda salah paham
bung chalid, mahasiswa tu harus harus paham politik. Di dalam struktur masyarakat, mahasiswa dianggap sbg "middle class" sbg penyambung suara rakyat (selaku lower class) kepada pemerintah/elit (upper class). selain itu mahasiswa punya kelebihan karena dianggap sbg orang pintar dan bebas nilai. Sehingga mahasiswa punya peran politik
Kalo mahasiswa sbgai inteluktual ga paham politik dan berpolitik (dalam artian gerakan ekstra parlementer), siapa lg kl gitu?
Masalah ditunggangi atau tidak, saya tidak tau..tp mmg bkn rahasia lg kl ada parpol yg bermain di kampus
uang rakyat di pemerintah aceh, untuk tahun ini kalo tidak salah ada lebih 4 triliun
tahun depan nambah jadi sekitar 9 triliun..

 LIZA :

@ chalid : demo yg dilakukan wkt itu murni oleh mhasiswa, tnpa ada provokator atau parpol dblkgnya.
@ ijal : saya sependapat dg ijal.. 


chalid said:
Sebungkus OBAT KUAT dan diatasnya beberapa lembar uang seribuan diserahkan utnuk Irwandi melalui pak Setda. TUJUANnya apa? Ya, biar mereka semakin kuat mengabiskan uang rakyat!!!!
>> apa itu bukan berarti hujatan klo pak irwandi makan uang rakyat!!

saya kurang ngerti soal pembagian class dlm masyarakat. bang ijal bilang mahasiswa adalah "middle class" sbg penyambung suara rakyat, bgm dng anggota dpr? mereka itu dikategorikan class apa dalam masyarakat? bukankah anggota dpr dipilih rakyat sbg penyambung suara rakyat? anggota dpr kan bukan elite pemerintah.
maaf bang ijal, klo rakyat dikategorikan "lower class", otomatis kita semua "lower class" baik elite maupun tidak elite, kan kita semua rakyat indonesia!. sebaiknya jng mengkatogerikan class2, kita semua punya hak dan kewajiban yang sama kok.
tp klo bang ijal mau kategorikan class dalam hal "masyarakat politik" silahkan saja.
saya lebih cenderung mengatakan, mahasiswa dibiyai oleh ortu nya (setidaknya 80% mahasiswa kuliah dibiayai ortu) untuk mendapat pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya, bukan sebagai penyambung suara rakyat dan untuk berpolitik.
klo bang ijal ikut organisasi untuk politik, terlepas bahwa bang ijal dng status mahasiswa silahkan saja, tp jng bawa2 embel mahasiswa dong. tidak ada pelajaran politik dalam kampus. kecuali kampus jur. sospol. bagaimana dng dek liza yang kuliah di fak. kedokteran, masa sih dia ikut berpolitik bawa2 nama mahasiswa kedokteran!
saya tambah bingung, ketika bang ijal bilang mahasiswa sebagai intelektual.
intelektual itu apa bang ijal? apa cukup pendidikan dan pengalaman baru seumur jagung di bilang intelektual?
saya menyarankan,
WAHAI ABANG2 DAN KAKAK2 MAHASISWA, KULIAH LAH UNTUK MENUNTUT PENDIDIKAN SEPERTI YANG DIAMANAHKAN ORANG TUA MU. JADILAH ORANG BERGUNA UNTUK MEMBANGUN BANGSA INI. BUKAN UNTUK BERDEMO. INGAT ABANG DAN KAKAK, ADA ORANGG2 YANG MENCEMASKANMU KETIKA KAMU BERDEMO.
bangsa ini maju bukan dng berdemo dan menghujat, tp bangsa ini bisa maju apabila semakin banyak lahirnya orang2 pintar yang memikirkan solusi supaya bangsa bisa maju. teruslah berkarya, raih cita2, lanjutkan pendidikan sampai umur sudah menjelang, supaya abang dan kakak menjadi orang pintar.

ahmad said:

Bung chalid.. Mhasiswa mgkin tdk akan menghadiahkan obat kuat itu kalo saja irwandi mau menemui mereka dan menjelaskan du2k permasalahannya. Memang, irwandi blm didapatkan menghabiskan uang rakyat. Lantas uang apbd yg jumlahnya trilyunan rupiah itu knp tidak disalurkan? Ini sudah akhir tahun bung! Alasan'a pejabat aceh nafsu besar tenaga kurang, jadi kenapa gubernur qt itu hanya diam saja? Mengapa tdk digunakan untuk mensubsidi dana pendidikan sprti janjinya dlu? Taukah bung chalid brapa spp utk kuliah di unsyiah? Brapa uang yg hrs dikeluarkan anak2 fk setiap semesternya? Berharap sama dpr? Itu sudah dilakukan, tp buktinya cuma harapan semu yg didapat.

ijal said :
sblmnya maaf za kalo gara2 ijal jadi seperti gini
pertama, obat kuat dan beberapa lembar uang seribuan itu maksudnya agar pemerintah aceh (dengan irwandi sbg gub nya) mampu menghabiskan anggaran (APBA) yang ada untuk mensejahterakan rakyat..sangat disayangkan sekali, ternyata dana yang sangat besar tetapi tidak dapat digunakan untuk mensejahterakan rakyat..jadi obat kuat tersebut bukan bermaksud sebagai hujatan pada pada pak irwandi agar kuat makan uang rakyat
kedua, masalah middle class
pembagiannya gini (ini pada masyarakat umum) :
- upper class --> elit/penguasa, konglomerat dll
- middle class --> pelajar, mahasiswa, pemuda dll
- lower class --> masyarakat kelas bawah, petani, nelayan, buruh dll
secara teori dan realitas, untuk menghubungkan antara "lower class" dan "upper class" dibutuhkan "middle class".dalam masyarakat yang sudah memiliki tatanan yang baik (biasa disebut sbg masyarakat madani atau civil society), middle class diperankan oleh seluruh masyarakat di lapisan kelas menengah. namun, pada negara yg blm memiliki tatanan yg baik, peran middle class ini dimainkan oleh para mahasiswa/pelajar. perlu pula diingat fungsi mahasiswa itu berada di zona 'ekstra parlementer' atau 'parlemen jalanan'. dia berada diluar tatanan poitik formal. kelemahan angota dpr adalah latar belakang mereka yg berasal dari partai politik. partai politik punya kepentingan pribadi dan kelompok. toh kemudian pun, pemimpin politik (presiden, gub, bupati) juga berasal dari partai politik. pak irwandi pun walopun dari jalur independen tapi dia punya organisasi politik yg mirip partai politik (maksud saya KPA yg skrg maujud menjadi partai aceh). sehingga diperlukan pengontrol yg berada diluar jalur politik formal. Selain itu, kelebihan mahasiswa dibandingkan partai politik adalah karena keberadaannya yg dianggap sebagai orang pintar (kmrn sy sebut intelektual) dan bebas nilai (maksudnya tidak memiliki kepentingan sprti partai politik).
bukti dari peran mahasiswa sebagai "middle class" bisa dilihat pada tahun 45, 66, 98. Di aceh pun, gerakan "middle class" bisa dilihat seperti pada 'sira' dan 'smur'.
sebenarnya (seperti yg dipahami oleh marx) "middle class" ini selain sbg penyambung suara rakyat bawah juga punya peran untuk menggerakkan mereka. marx percaya bahwa buruh, nelayan, petani dll adalah kekuatan yg mampu menggerakkan revolusi.
saya sepakat mahasiswa memang harus belajar dengan baik (kalo bisa ip nya harus 4, jangan lupa ilmunya juga harus ip 4), tapi bukan berarti harus melupakan kondisi masyarakat.kalo kondisi masyarakat buruk, trus pemerintah ga peduli, legislatif diam saja, trus siapa lagi yg memperjuangan rakyat?. Saya berpikir, ilmu yg di dapat di kuliah harus selalu dikritisi dengan pertanyan "kira2 dengan ilmu ini apa yg bisa saya lakukan untuk masyarakat?". karena banyak yg sekolah/kuliah cuma ingin memperkaya diri aja..
kenapa mahasiswa saya sebut sebagai intelektual?karena pada dasarnya ia telah mengec
ijal | 12.11.08 - 12:28 pm | #

Gravatar sblmnya maaf za kalo gara2 ijal jadi seperti gini
pertama, obat kuat dan beberapa lembar uang seribuan itu maksudnya agar pemerintah aceh (dengan irwandi sbg gub nya) mampu menghabiskan anggaran (APBA) yang ada untuk mensejahterakan rakyat..sangat disayangkan sekali, ternyata dana yang sangat besar tetapi tidak dapat digunakan untuk mensejahterakan rakyat..jadi obat kuat tersebut bukan bermaksud sebagai hujatan pada pada pak irwandi agar kuat makan uang rakyat
kedua, masalah middle class
pembagiannya gini (ini pada masyarakat umum) :
- upper class --> elit/penguasa, konglomerat dll
- middle class --> pelajar, mahasiswa, pemuda dll
- lower class --> masyarakat kelas bawah, petani, nelayan, buruh dll
secara teori dan realitas, untuk menghubungkan antara "lower class" dan "upper class" dibutuhkan "middle class".dalam masyarakat yang sudah memiliki tatanan yang baik (biasa disebut sbg masyarakat madani atau civil society), middle class diperankan oleh seluruh masyarakat di lapisan kelas menengah. namun, pada negara yg blm memiliki tatanan yg baik, peran middle class ini dimainkan oleh para mahasiswa/pelajar. perlu pula diingat fungsi mahasiswa itu berada di zona 'ekstra parlementer' atau 'parlemen jalanan'. dia berada diluar tatanan poitik formal. kelemahan angota dpr adalah latar belakang mereka yg berasal dari partai politik. partai politik punya kepentingan pribadi dan kelompok. toh kemudian pun, pemimpin politik (presiden, gub, bupati) juga berasal dari partai politik. pak irwandi pun walopun dari jalur independen tapi dia punya organisasi politik yg mirip partai politik (maksud saya KPA yg skrg maujud menjadi partai aceh). sehingga diperlukan pengontrol yg berada diluar jalur politik formal. Selain itu, kelebihan mahasiswa dibandingkan partai politik adalah karena keberadaannya yg dianggap sebagai orang pintar (kmrn sy sebut intelektual) dan bebas nilai (maksudnya tidak memiliki kepentingan sprti partai politik).
bukti dari peran mahasiswa sebagai "middle class" bisa dilihat pada tahun 45, 66, 98. Di aceh pun, gerakan "middle class" bisa dilihat seperti pada 'sira' dan 'smur'.

sebenarnya (seperti yg dipahami oleh marx) "middle class" ini selain sbg penyambung suara rakyat bawah juga punya peran untuk menggerakkan mereka. marx percaya bahwa buruh, nelayan, petani dll adalah kekuatan yg mampu menggerakkan revolusi.
saya sepakat mahasiswa memang harus belajar dengan baik (kalo bisa ip nya harus 4, jangan lupa ilmunya juga harus ip 4), tapi bukan berarti harus melupakan kondisi masyarakat.kalo kondisi masyarakat buruk, trus pemerintah ga peduli, legislatif diam saja, trus siapa lagi yg memperjuangan rakyat?. Saya berpikir, ilmu yg di dapat di kuliah harus selalu dikritisi dengan pertanyan "kira2 dengan ilmu ini apa yg bisa saya lakukan untuk masyarakat?". karena banyak yg sekolah/kuliah cuma ingin memperkaya diri aja..
kenapa mahasiswa saya sebut sebagai intelektual?karena pada dasarnya ia telah mengecap pendidikan tinggi, ilmunya beda jauh sama masyarakat bawah yg ga sekolah, cuma tamat sd/smp/sma misalnya, mahasiswa diangaap lebih paham terhadap permasalahan sosial. bung chalid jangan salah, masih ada kok mahasiswa yang punya kapasitas seperti anggota legislatif atau eksekutif. walopun sekarang sudah berkurang dibandingkan thn 45,66,78 (hal ini disebabkan mahasiswa yg cuma berpikir kuliah saja, jarang membaca, hobinya jalan2, nongkrong di cafe, maen game, pacaran). masih terngiang di telinga saya, senior saya angktan 60-80an mengatakan pada saya, kalo beliau dulu dan kawan2nya itu bicara sama mentri, itu mentri bisa angguk2 kepala, kenapa?karena mereka memiliki kapasitas yang sama.belum lagi "buku putih' (White Book of 1978 Student's Struggle) yg ia dan kawan2nya buat dan banggakan karena diterjemahkan ke dalam belasan bahasa di dunia.
saya ga pernah ikut partai politik, sampe skrg saya masih anti sama partai politik..
mahsiswa kedokteran, fisika atau apapun namanya kan itu cuma tempat menuntut ilmu, bukan berarti mereka ga boleh belajar sosial politik atau paham mengenai sosial politik. banyak kok, mahasiswa yg bukan jurusan sospol tp lebih paham sospol dibandingkan mahasiswa sospol itu sendiri. banyak juga praktisi/pelaku politik yg tidak memiliki latar belakang pendidikan politik
perlu ditekankan sekali lagi, berdemo (atau aktifitas lain u masyarakat diluar aktifitas kuliah) bukan berarti kita melupakan bangku kuliah. ada saat mahasiswa harus turun ke masyarakat, ada saat pula dimana ia harus kembali ke bangku kuliah..
sepakat bahwa bahwa bangsa ini maju bukan dgn berdemo dan menghujat dan yg diperlukan adalah memikirkan solusi..namun jgn di anggap bahwa demo itu sbg hujatan tetapi lihatlah sebagai kritik atau pengingat..arah kemahasiswaan saat ini pun setau saya telah bergeser ke arah keprofesian, dalam artian mencarikan solusi atas masalah dalam kerangka akademis. namun demikian sering kali solusi yg kita hasilkan kemudian ditawarkan ke pemerintah/pihak terkait ditolak tanpa alsan yg jelas..kalo sudah begini, apalagi yg bisa dilakukan selain demo?
ADA ORANGG2 YANG MENCEMASKANMU KETIKA KAMU BERDEMO?
kalimat ini menunjukkan bahwa yg di demo (biasanya pemerintah) memang kasar/represif sehingga layak untuk di demo. kalo memang yg di demo merasa tidak bersalah, kenapa harus berprilaku kasar/represif?toh, dialog kan lebih baik..
kalo kata agama, seorang yg mengetahui melihat kesalahan dan mengetahui kebenaran harus berani mengatakan yg salah dan benar. Jugen habermas mengatakan pemilik ilmu (dia menyebut ilmuwan) harus mengatakan suatu kebenaran sebagai bentuk kewajiban sosial politik warga negara walaupun itu sesuatu yg tidak netral dan memihak. Saya kira mahasiswa juga bergerak dalam kerangka seperti itu
satu lagi, panggil saya ijal saja,liza aja yg 2 thn lbh muda dari saya, manggil saya tanpa embel2 "bang".lagipula saya juga masih mahasiswa
mohon maaf bila ada kesalahan dan tidak berkenan
jika ada kesalahan harap dikoreksi
jika ada yang masih ditanyakan/dipermsalahkan silahkan posting lagi

 LIZA :
wah sepertinya chalid salah dalam menanggapi "Sebungkus OBAT KUAT dan diatasnya beberapa lembar uang seribuan diserahkan utnuk Irwandi melalui pak Setda. TUJUANnya apa? Ya, biar mereka semakin kuat mengabiskan uang rakyat!!!"
maksud liza disini sama seperti ijal. bukan untuk korupsi, tapi biar dia sanggup dengan cepat mengahabiskan uang yang trilyunan rupian itu untuk rakyat. biar ngga lamban seperti ini... wah makin seru aja


chalid said :
peng class an berdasarkan apa:
apakah berdasarkan profesi/pekerjaan?
atau dr segi pendapatan?
ataupun keilmuan?
>> sedikit rancu:
1. mengapa petani, buruh, nelayan dikategorikan class "low" padahal mereka jelas punya pekerjaan dng pendapatan jelas dibandingkan mahasiswa yang belum tentu sudah memiliki pekerjaan.
2. mengapa pengusaha/konglomerat dikategorikan class "up" padahal secara pendidikan belum tentu mereka lebih tinggi di bandingkan mahasiswa maupun buruh atau petani.
>>pembagian class jadi rancu/kabur atau tidak jelas.
siapa yang membagi class dalam masyarakat umum ini, pendapat siapa?
>>padahal jelas disebutkan dalam al-quran, bahwa tidak ada yang berbeda disisi allah, swt, semua adalah sama, kecuali yang membedakan adalah keimanannya!
>>berdasarkan UUD negara republik indonesia, bahwa negara kesatuan ri terbentuk karena adanya kesatuan rakyat indonesia dari kesatuan wilayah/pulau2 dng hak dan kewajiban yang sama. tidak disebutkan adanya class2 disini untuk menghubungkan kesatuan rakyat.
>>teori pembagian class hanya diterapkan pada negara yang menganut sistem kerajaan. tidak pada negara demokrasi.
mahasiswa selain menuntut ilmu sesuai jurusan yang dipilihnya bebas untuk mengembangkan diri baik dalam hal politik maupun lainnya.
tp ingat, gelar mahasiswa diperoleh karena pendidikan yang anda jalani dikampus. bila menuntut ilmu kedokteran disebut mahasiswa kedokteran, menuntut ilmu teknik, disebut mahasiswa teknik, dsb.
sedangkan pendidikan lain yang diperoleh diluar pendidikan tadi bukan dalam kapasitas sebagai mahasiswa, tetapi dalam kapasitas individu.
toh bukan hanya mahasiswa yang bisa belajar ilmu politik, tamatan sma (siswa) jg bisa kok.
>>itu lah yang membuat saya bingung, mengapa saat demo yang bukan mengenai urusan kampus tetapi membawa2 nama mahasiswa? toh pada saat demo itu kedudukan yang demo bukan dalam kapasitas mahasiswa.
jadi bedakan mahasiswa dan individu.
>>setiap ada demo, embel2nya memperjuangkan rakyat.
apa pernah ada rakyat yang meminta mahasiswa untuk berdemo?
rakyat seperti apa yang diperjuangkan?
apakah rakyat dengan pendapatan dibawah rata2?
>>seharusnya dipikirkan mengapa bisa rakyat punya pendapatan di bawah rata2 (miskin), karena mereka tidak memiliki pendidikan sehingga mereka tidak ada peluang kerja yang bisa memperoleh pendapatan diatas rata2. bukankah ujung2nya harta?
apa ada yang mau protes, klo perut kenyang?
>>"menuntut ilmu untuk kekayaan".
jangan munafik. klo kita kaya apa kita ribut?
>>negara kita miskin karena rakyatnya banyak yang bodoh, padahal potensi negara kita sangat besar. ujungnya negara yang rakyatnya sudah pintar yang mengambil harta negara kita.
>>jangan selalu menuntut (tangan selalu dibawah), tp belajar biar bisa pintar. klo rakyat pintar, bukan hanya bisa cari rezeki dinegara sendiri tp bisa jg cari rezeki di negara lain.
>>negara yang maju adalah negara yang tidak perlu mensubsidi rakyatnya. klo terus2an kita minta
chalid | 12.11.08 - 8:38 pm | #

Gravatar >>negara yang maju adalah negara yang tidak perlu mensubsidi rakyatnya. klo terus2an kita minta negara mensubsidi, kapan kita bisa maju?
>>"membela kepentingan rakyat"
haha..itu lagu lama. klo memang benar membela rakyat yang tertindas, mengapa pada saat demo tidak ada rakyat yang tertindas ikut berdemo?
>>bagaimana mahasiswa mau bela perut orang lain, sedangkan perut dia sendiri masih orang lain yang isi.
maksud liza disini sama seperti ijal. bukan untuk korupsi, tapi biar dia sanggup dengan cepat mengahabiskan uang yang trilyunan rupian itu untuk rakyat. biar ngga lamban seperti ini.
>>za..untuk menghabiskan uang itu mudah kok. tp untuk mencapai hasil yang optimal butuh perencanaan. kondisi saat ini banyak proyek2 yang macet, diakibatnya banyak kontraktor yang melarikan diri pdahal mereka sudah mengambil uang dp. klo diteruskan banyak uang yang hilang sia2. kemudian perlu dipikirkan apa yang harus dijadikan prioritas pembangunan selanjutnya, mungkin saja perencanaan sebelumnya dianggap sudah tidak sesuai, sehingga butuh rencana yang lebih baik.
>>contoh jih lagenyoe:
na sidroe aneuk, mantong jak sikula sd. rumoh jih ngon sikula kira2 300m. urueng chik jih na peng 20jt.
ngon peng 20jt nyan jet ta bloe honda. tp karna aneuknyan mantong manyak, dan sikula hana that jioh ngon rumoh pakon han lebeh get tabloe getangen mantong. kon leubeh murah, alehnyan pih lebeh aman ke aneuknyan.
>>lagenyan cit ngon peng nanggroe geutanyoe. awai ka di plot 4 triliun, tetapi aleh geu jalani karap sithoen ternyata leu peng yang teuboh percuma, dimungkenkan karena perencanaan yang segohlomjih kureng get, alehnyan na oknum2 kontraktor yang baplung peng. jinoe perle ta duk teuma, ta rencana beuk lebeh get lom, bah peng nyan jet teumanfaatkan secara maksimal.
>>bek jet lage anggota dewan geutanyoe, bagah that peusalah ureng eksekutif, padahal awaknyan goh tente teupe peu permasalan yang teungoh na, aleuhnyan lheu mantong anggota legeslatif geutanyoe yang hana mengerti karna hana seusai bidang jih.
>>pakon jet lageenyan, mungkin karna yang dipeu ek keanggauta dewan, hana di ngin dari skill atau kepintaran jih, tetapi cuma karena faktor kedekatan dng masyarakat. aleuhnyan rame pih anggota dewan yang umu jih mantong muda2, goh troek ilme ke arahnyan.

ijal said :
Peng-klas-an atau pengstratifikasian masyarakat itu berdasarkan 'pendapatan'. Peng-klas-an ini sebenarnya punya zaman dulu alias peng-klas-an yang paling klasik atau sederhana, namun demikian peng-klas-an ini masih digunakan hingg saat ini (kalo anda pernah ikut training organisasi ekstra kampus biasanya ada materi tentang hal ini). Peng-klas-an ini
dikenalkan oleh Aristoteles. Aristoteles menyatakan bahwa didalam setiap negara selalu terdapat tiga unsur, yakni
1. Orang-orang kaya sekali
2. Orang-orang melarat
3. Orang-orang yang berada di tengah-tengah.
Menurut Aristoteles, orang-orang kaya sekali ditempatkan dalam lapisan atas (upper class) oleh masyarakat, sedangkan orang-orang melarat ditempatkan dalam lapisan bawah (lower class), dan orang-orang di tengah (middle class) ditempatkan dalam lapisan masyarakat menengah.
Jadi jelas mengapa kemudian pengusaha/konglomerat digolongkan sebagai "upper class"
sedangkan mengapa mahasiswa memiliki klas yang lebih tinggi dibandingkan buruh, nelayan, petani itu karena mahasiswa dianggap lebih 'kaya' dibandingkan buruh, nelayan atau petani. Disebut lebih 'kaya' karena mahasiswa mampu bersekolah pada jenjang yg lebih tinggi dimana biayanya yang sangat tinggi/mahal. Sedangkan buruh, nelayan atau petani umumnya diketahui sebagai warga negara yang 'melarat' atau lebih tidak kaya dibandingkan masyarakat lainnya sehingga mereka pun kemudian juga tidak mampu sekolah yg tinggi seperti mahasiswa.
Saya rasa bung chalid cukup paham, bahwa mahasisaw itu lebih 'kaya' (walaupun itu bukan milik pribadinya karena dibiayai oleh ortunya) dibandingkan para petani, buruh, nelayan
banyak peng-klas-an lain yang lebih modern dan dari perspektif yang berbeda seperti yg dikenalkan oleh Pitirim Sorokin atau Max Weber
Saya sepakat dengan kalimat ini : "padahal jelas disebutkan dalam al-quran, bahwa tidak ada yang berbeda disisi allah, swt, semua adalah sama, kecuali yang membedakan adalah keimanannya!"
>>Karena memang peng-klas-an ini tidak bermaksud untuk membedakan manusia baik ia miskin atau kaya, buruh atau pengusaha, di hadapan Tuhan
Saya sepakat dengan kalimat ini : "berdasarkan UUD negara republik indonesia, bahwa negara kesatuan ri terbentuk karena adanya kesatuan rakyat indonesia dari kesatuan wilayah/pulau2 dng hak dan kewajiban yang sama. tidak disebutkan adanya class2 disini untuk menghubungkan kesatuan rakyat."
>>Karena memang peng-klas-an ini bertujuan untuk akademis, untuk menjelaskan kondisi sesunggguhnya dari masyarakat. Di dalam ilmu sosiologi, peng-klas-an ini diakui memang terjadi baik secara alami maupun tidak
Kenapa pada postingan sebelumnya saya menyebutkan "middle class' sebagai penyambung antara "upper class" dengan "lower class", itu karena antara klas masyarakat yang bersifat hierarkis tersebut saling terkait dan membutuhkan. Pengusaha butuh buruh, pemerintah butuh pengusaha, pemerintah butuh orang pintar, dll. Selain itu, Indonesia itu "welfare state" bung, negara berperan mensejahterakan rakyat. Bagaimana mungkin negara bisa mensejahterakan rakyat bila suara rakyat yg berada di "lower class" tidak tersampaikan ke negara. Ada kelebihan "middle class", sebagai klas yg lebih dekat dengan "upper class" sehingga dapat 'membantu' meneruskan suara "lower class".
Kalimat : "teori pembagian class hanya diterapkan pada negara yang menganut sistem kerajaan. tidak pada negara demokrasi." --> anda salah bung, pembagian klass dalam ilmu sosiologi itu memang ada, dan itu diakui oleh seluruh dunia. Miskin-kaya itu realitas kkehidupan bung, jangan kita nafikan..
Pernah dengar tri dharma perguruan tinggi? ada 3 tugas mahasiswa:
- pendidikan
- penelitian
- pengabdian masyarakat --> demo, keg pengabdian masy tergolong dalam kelompok ini
jadi menurut saya "demo" itu bisa menjadi sesuatu yg "wajib" hukumnya
kenapa dengan embel mahasiswa?
>>karena status mahasiswa itu mewah dan berharga bung, tidak semua orang pernah menyandang status mahasiswa, mahasiswa dianggap sebagai orang pintar dan bebas nilai, masyarakat juga lebih percaya. Sehingga nilai tawar sebagai mahasiswa akan lebih besar dibandingkan dengan selaku individu
apa pernah ada rakyat yang meminta mahasiswa untuk berdemo?
>>ada..wah..bung chalid belum pernah dengar, baca,liat ya..?
rakyat seperti apa yang diperjuangkan?
>>masyarakat luas bung..landasannya kebenaran dan keadilan
apakah rakyat dengan pendapatan dibawah rata2?
>>tidak selalu rakyat dengan pendapatan di bawah rata2, demo itu biasanya dilakukan karena menuntut keadilan atau memperjuangkan kebenaran, jadi tidak selalu melulu dikaitkan rakyat dengan pendapatan dibawah rata2
mahasiswa berpikir kok bung chalid kenapa rakyat punya pendapatan di bawah rata2, tapi bukankah itu lebih "wajib" dilakukan oleh pemerintah. Toh mereka adalah pelayan rakyat, dibayar dengan uang rakyat, DARAH dan KERINGAT rakyat. Kalo tidak memikirkan hal tersebut untuk apa ada negara dan pemerintahannya
kalo saya jadi rakyat yang kenyang, seandainya memang ada sesuatu yg "salah" saya akan tetap protes. Toh, itu kewajiban manusia. Esensi kehidupan. Manusia bukan hidup untuk kenyang..manusia hidup untuk memperjuangkan kebenaran, keadilan
"menuntut ilmu untuk kekayaan"
>>tidak ada yg salah dengan kalimat di atas, tapi kalo cuma berpikir untuk kekayaan sendiri, apa bedanya sama hewan yang rakus?. Kita ini manusia, kekayaan yang ada itu untuk berbagi, dengan berbagi kita merasa kaya..aminn..
negara kita miskin karena rakyatnya banyak yang bodoh, padahal potensi negara kita sangat besar. ujungnya negara yang rakyatnya sudah pintar yang mengambil harta negara kita.
>> salah siapa?apa salah rakyat yg bodoh dan miskin?menurut saya pemerintah yang salah, karena orang miskin ga bisa sekolah sehingga mereka tetap dalam kondisi 'terbodohkan'
Jangan selalu menuntut (tangan selalu dibawah), tp belajar biar bisa pintar. klo rakyat pintar, bukan hanya bisa cari rezeki dinegara sendiri tp bisa jg cari rezeki di negara lain
>>RAKYAT CUMA MENUNTUT HAK-NYA, NEGARA WAJIB MENYEDIAKAN AKSES PENDIDIKAN BAGI SELURUH RAKYAT, NEGARA WAJIB MENYEDIAKAN LAPANGAN PEKERJAAN BAGI RAKYAT
KALO NEGARA TIDAK MAMPU, UNTUK APA ADA INSTITUSI YG DISEBUT "NEGARA"
KALO PEMERINTAH TIDAK MAMPU MENYEDIAKAN HAK RAKYAT, SILAHKAN TURUN..
RAKYAT PINTAR ATAU BODOH ITU DITENTUKAN OLEH NEGARA, KALAU BIAYA PENDIDIKAN MASIH MAHAL BAGAIMANA ORANG MISKIN BISA SEKOLAH SEHINGGA MEREKA PINTAR..
negara yang maju adalah negara yang tidak perlu mensubsidi rakyatnya. klo terus2an kita minta
>>anda salah, jamak diketahui bahwa negara2 maju dengan tingkat kesejahteraan tinggi menyediakan jaminan sosial yang sangat baik bagi rakyatnya. bahkan orang yg tidak bekerja pun seperti gelandangan dan pengemis mendapatkan jaminan sosial..
"membela kepentingan rakyat"
haha..itu lagu lama. klo memang benar membela rakyat yang tertindas, mengapa pada saat demo tidak ada rakyat yang tertindas ikut berdemo?
>>anda ga pernah nonton tivi atau baca koran ya?siapa bilang rakyat tertindas tidak pernah ikut demo (baik bersama mahasiswa maupun tidak)??
bagaimana mahasiswa mau bela perut orang lain, sedangkan perut dia sendiri masih orang lain yang isi.
>>bung, filosofi hidup anda itu harus di ubah, jadilah orang yg bersedia lapar, kesakitan, atau mati daripada ada orang disekitar anda lapar, kesakitan atau mati
Dari tadi anda bicara islam, quran. coba anda renungi apa pesan agama terhadap prilaku kita pada orang miskin, lapar, berkekurangan
Saya doakan semoga anda lebih peduli perut orang lain daripada perut anda sendiri dikemudian hari..amien..
woi bung chalid, anda baca koran ga sih?minimal baca lah serambi indonesia setiap hari..apa masalah yang sesungguhnya yang mengakibatkan APBA tidak habis digunakan sepenuhnya?sekali2 akademis boleh lah ya.
za..untuk menghabiskan uang itu mudah kok. tp untuk mencapai hasil yang optimal butuh perencanaan. kondisi saat ini banyak proyek2 yang macet, diakibatnya banyak kontraktor yang melarikan diri pdahal mereka sudah mengambil uang dp. klo diteruskan banyak uang yang hilang sia2. kemudian perlu dipikirkan apa yang harus dijadikan prioritas pembangunan selanjutnya, mungkin saja perencanaan sebelumnya dianggap sudah tidak sesuai, sehingga butuh rencana yang lebih baik.
>>perencanaan tidak sesuai?salah siapa?salah eksekutif dong..eksekutif ga punya program yang jelas dan tepat sasaran, tidak mampu membuat RPJM dengan baik dan kemudian menerjemahkan RPJM tersebut ke dalam langkah2 yang lebih kongkrit dan jelas. Udah tu bisa pula institusi sekuat dan sebesar pemerintah daerah ditipu sama kontraktor..sungguh memalukan..hana pat ta puduek muka..malee that lon..
contoh jih lagenyoe:
na sidroe aneuk, mantong jak sikula sd. rumoh jih ngon sikula kira2 300m. urueng chik jih na peng 20jt.
ngon peng 20jt nyan jet ta bloe honda. tp karna aneuknyan mantong manyak, dan sikula hana that jioh ngon rumoh pakon han lebeh get tabloe getangen mantong. kon leubeh murah, alehnyan pih lebeh aman ke aneuknyan.
>>permisalan yang tidak logis..aneuk mantong manyak itu permisalan untuk siapa?geutangen itu permisalan untuk apa?honda permisalan untuk apa?leubeh murah,leubeh aman itu relevansinya dengan tidak habisnya APBA aceh seperti apa?
bek jet lage anggota dewan geutanyoe, bagah that peusalah ureng eksekutif, padahal awaknyan goh tente teupe peu permasalan yang teungoh na, aleuhnyan lheu mantong anggota legeslatif geutanyoe yang hana mengerti karna hana seusai bidang jih
>>memang tidak habisnya dana yg di plot pada APBA itu sepenuhnnya kesalahan eksekutif, legislatif juga turut salah karena telat/terlalu lama mengesahkan APBA tersebut. sehingga eksekutif sulit menggunakan dan menghabiskan dana APBA tersebut
>>makanya saya bilang, kalo rakyat mau ngomong langsung ke pemerintah (eksekutif) atau legislatif diterima dong, jangan ditolak. Udah baek rakyat mau datang ke eksekutif atau legislatif, padahal kan itu kewajiban eksekutif dan legislatif untuk datang ke rakyat..
pakon jet lageenyan, mungkin karna yang dipeu ek keanggauta dewan, hana di ngin dari skill atau kepintaran jih, tetapi cuma karena faktor kedekatan dng masyarakat. aleuhnyan rame pih anggota dewan yang umu jih mantong muda2, goh troek ilme ke arahnyan.
>>jangan remehkan umurnya yg masih muda, bisa saja dia lebih pintar. Obama jadi presiden amerika umur 48 tahun, Dmitri Medvedev jadi Perdana Menteri Rusia umur 41 tahun dll. Saya punya senior yg baru 26 tahun tapi sudah Ph.D
wallahu'alam
mohon maaf bila ada salah dan ada yg tidak berkenan

muhajir said:
Assalamu'alaikum...
sebelumnya salam kenal pada empunya blog.
kalo aku jadi Liza pasti bangga blog nya jadi tempat diskuis begini..
salam kenal juga untuk Ijal dan Chalid..
semoga aku diterima di forum perdebatan kalian berdua.. Amin..
Untuk Chalid, aku rasa pikiran anda terlalu positivistik, individualis. Terlalu dibuai oleh nikmatnya hidup, tidak pernah peka terhadap kondisi sosial masyarakat.
Bukankah kita semua berhak untuk menyuarakan pikiran dan pendapat kita?
banyak cara untuk menyuarakan pendapat, salah satunya adalah demonstrasi. Mungkin kita juga punya cara lain semisal melakukan kajian akademis, atau bahkan langsung menjadi orang yang mengurusi hal yang di permasalahkan. tapi, dalam konteks demonstrasi terhadap Gubernur Aceh, apakah kita pantas untuk mengurusi langsung? Sedangkan undang-undang telah mengamanahkan titah tersebut kepada Irwandi yang dipilih langsung oleh rakyat Aceh.
Mohon kepekaan saudara Chalid diasah kembali, karena kita makhluk sosial dan jangan individualis.
Untuk Chalid dan Liza, terlepas siapa Irwandi dan apa kepentingan plitiknya, aku tidak punya hubungan. Tapi, aku mencium aroma penunggangan dalam demonstrasi tersebut.
Pertama, sebelumnya pihak legislatif sangat getol mengkritik eksekutif dalam dalam masalah perealisasian APBA. dan kita tau bersama yabf duduk di parlemen Aceh 100% wakil partai nasional. selama ini sering terjadi gesekan antara partai nasional dan partai lokal untuk menuju pentas 2009, tidak hanya di masalah ini, dalam masalah pementukan panwaslu juga tercium bagaimana partai nasional ingin menikung partai lokal. dan partai2 elit di parlemen Aceh diantara PKS, Golkar, PBB, PPP.
Kedua, sudah menjadi rahasia umum di Unsyiah bahwasanya PEMA Unsyiah dan KAMMI adalah antek2 nya PKS. Pasca reformasi 98, PKS membentuk sayap politiknya untuk tataran eksternal kampus yaitu KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia). Untuk tataran internal kampus PKS membentuk LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Dan tujuan menguasai perpolitikan nasional hampir menampakkan hasilnya.
Bagaimana menurut anda Ijal?
semoga kita dapat berdiskusi..

ijal said :
salam kenal muhajir..
btw, masih kuliah?dimana n jurusan apa?
anda ini jangan cuma bilang partai nasional ingin menelikung partai lokal, partai lokal juga ingin menelikung partai nasional..namanya juga politik..
saya rasa memang Pemda aceh masih belum berhasil (termasuk dalam hal realisasi APBA), jadi saya rasa wajar bila tmn2 mahasiswa melakukan protes..coba muhajir baca rekomendasi DPRA terhadap LKPJ APBA 2007, saya rasa dari pihak legislatif tidak ada yg berniat politis secara berlebihan..toh kemudian, irwandi pun mengakui kesalahannya dan menganggap secara umum rekomendasi tersebut tepat..
secara organisasi PEMA atau LDK bukan organisasi sayap atau antek PKS.Cuma mungkin orang2 yg ada di dalmnya saja yg punya kecenderungan politik ke PKS..sebenarnya kecenderungan politik ini bukan sesuatu yg salah.Yg salah adalah apabila kebijakan yg dikeluarkan oleh organisasi2 tersebut mendukung PKS (atau parpol lainnya)..
KAMMI memang setau saya waktu awal pendiriannya merupakan sayap politik PKS namun demikian baru2 ini saya dengar pengakuan dari seorang teman yg aktif di KAMMI katanya KAMMI saat ini bukan sayap politik PKS lagi..coba muhajir cek lagi..Terkait organisasi sayap politik, rata2 setiap partai besar punya kok (PPP punya GPK, PDI P punya Repdem, PD punya pemuda Demokrat, PAN punya BM PAN, Golkar punya AMPG, PBB punya Pemuda Bulan Bintang, dll), termasuk parlok..(kita sama2 tau, SMUR merupakan bag dari PRA, Partai SIRA berasal dari SIRA, --saya yakin kader partai lokal dari PA, PRA, SIRA juga bergerak di kampus/unsyiah)
Masalah PEMA, BEM atau LDK jadi sayap politiknya PKS saya rasa itu tanggung jawab seluruh mahasiswa (kalo muhajir mahasiswa, muhajir juga punya tanggung jawab) untuk menjaganya tetap netral. walopun presiden mahasiswa di kampus itu binaan atau punya afiliasi dengan PKS, saya rasa mahasiswa tetap harus bisa jaga netralitasnya..bukankah kader PKS di kampus itu orangnya baik2?saya kira mereka masih bisa diajak ngobrol kok. Kebetulan saya kenal secara pribadi dengan Hendra Koeswara (presiden PEMA), Budi Khaseru (ketua MPM), dan Gunedi (ketua DPM) dan menurut saya mereka bisa diajak ngobrol..yg penting pas ngobrol jgn ada kesan muhajir itu bawa kepentingan kelompok (atau partai politik) lain..biacaralah seolah sebagai mahasiswa yg benar2 mahasiswa, mahasiswa yg menjaga netralitas dan idealismenya..
Masalah pembentukan panwaslu setau saya itu kan tidak hanya melibatkan DPRA dan Gubernur tetapi juga melibatkan KPU dan Bawaslu..jadi saya kira tidak ada istilah partai nasional ingin menelikung partai lokal dalam kasus ini

wallahu'alam
salam
muhajir said :
Salam kenal juga Jal..
Aku kuliah di Sospol,jurusan sosiologi, cuma setaon. sekarang gak lagi. Aktif di komunitas Kolonglangit, yg bergerak di bidang seni dan budaya.
Maaf, maksud saya diantara partai lokal dan partai nasional memang saling menelikung, mungkin saya salah menulis dan kemudian anda jadi salah menafsirkannya.
Aku tidak punya banyak referensi tentang masalah APBA, tapi yg pasti legislatif sedang gencar2 nya menghantam eksekutif, dengan tujuan suara Parati Aceh menjadi berkurang. Saya juga tidak menafikan kalau Partai Nasioanal 'agak ketakutan' dengan partai lokal mengingat dosa2 masa lalu. Untuk masalah panwaslu yang menjadi masalah sebenarnya adalah antara DPRA dan Bawaslu tidak mau 'then taloe'. Dan kondisi ini dimanfaatkan oleh DPRA dengan terus memperlambat pembentukan Panwaslu. Secara hukum nasioanal, Bawaslu merujuk kepada UU No.10/2008 ttg Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD. Sedangkan berbicara kondisi Aceh, harus merujuk kepada UU No.11/2006 ttg Pemerintahan Aceh atau UUPA. Dan DPRA ngoto untuk memakai UUPA, sehingga tak kunjung terbentu.
Tujuannya jelas, Pemilu di Aceh kacau. Bagaimana tidak, kompetisi sudah dimulai tetapi tidak ada wasit. Dan jika pemilu di Aceh kacau, semua pihak di pusat bisa beranggapan bahwa pemilu unik di Aceh yang diikuti oleh partai lokal rawan konflik. Dan rekomendasi kemudian adalah revisi UUPA, dengan tanpa partai lokal. Keuntungannya jelas bagi Partai Nasioanal.
PEMA sekarang, KAMMI, LDK, jelas tidak mau mengakui hal itu. Karena citra nya menjadi bobrok di mata mahasiswa, dan juga kebanykan mahasiswa masih menganggap bahwa mahasiswa itu suatu insitusi yang haram memasuki ranah politik praktis.
Isu yang diangkat oleh mereka selalu masalah syariat islam, dan merpakan titah dari PKS. Terlepas dari pro kontra syariat islam di Aceh, saya melihat satu sisi bahwa Syariat Islam merupakan kado politik Pemerintah Pusat untuk meredam gerakan perlawanan di Aceh.
Untuk partai lain, saya juga sependapat dengan anda Jal. Partai SIRA punya LIMA, PRA punya SMUR, PA juga punya AMPD yang baru2 ini mengankat isu Panwaslu. Golkar dan PPP memakai organisasi lama HMI.
Kiban menurut Ijal?
Oya, kalau boleh aku tau, Ijal kuliah dimana? jurusan apa?
Untuk yang empunya blog saya juga minta izin bahkan maaf jika terlalu banyak berceloteh disini...

Saleum...

LIZA:
oh gak papa,.. liza senang kok banyak yang memberikan tanggapan dengan tulisan ini. ini menandakan kalau pemuda sekarang sangat tanggap dan peduli dangan situasi politik negeri ini khususnya ACeh,,lanjutkan saja.. hitung jadi tempat diskusi.

salam


Ijal said :
kenapa ga kuliah lagi?
kalo boleh sedikit mengkritisi, frame pemikiran muhajir selalu dalam koridor 'partai nasional ingin merugikan partai lokal' atau lebih spesifik lagi 'partai nasional ingin merugikan partai aceh'. Menurut saya lebih baik frame pemikiran seperi ini dihilangkan dulu sebelum kita mulai berdiskusi..
Coba muhajir buktikan,"Legislatif sedang gencar2 nya menghantam eksekutif, dengan tujuan suara Partai Aceh menjadi berkurang" itu seperti apa?modusnya seperti apa?Logika atau nalar politiknya sehingga dikatakan mengurangi suara partai aceh itu seperti apa?Sejauh yg saya tau tidak
adaindikasi ke arah sana.
Walopun memang ada indikasi legislatif ingin keliatan lebih 'powerfull' di depan masyarakat, berhubung bentar lagi pemilu legislatif (biar mereka dipilih lagi). Dan perlu diingat ini memang biasa terjadi termasuk di nasional
Memang, ketakutan partai nasional akan kehilangan suara pada pemilu legislatif itu ada. Hasil pilkada gubernur dan bupati cukup menunjukkan bahwa terdapat indikasi partai
nasional akan kehilangan suara/pendukung
Terkait belum terbentuknya panwaslu, menurut saya tidak bisa dikatakan bertujuan untuk menimbulkan anggapan bahwa 'pemilu unik di Aceh yang diikuti oleh partai lokal rawan konflik'. Karena banyak sekali skenario politik yg direncanakan dan mungkin saja terjadi akibat tidak terbentuknya panwaslu.
Apabila kita berprasangka maka semua pihak bisa menjadi pihak yg dapat mengambil keuntungan dari hal ini..Bukankah dengan tidak adanya panwaslu selama ini
partai aceh menjadi partai yg paling diuntungkan di aceh?Bagaimana partai lokal lain seperti PRA misalnya ketar ketir sehingga ingin mengundang pemantau asing dalam pilkada aceh?Walaupun memang tidak menutup kemungkinan, apa yg muhajir katakan di atas (berniat menimbulkan konflik sehingga dilakukan revisi pada uu pa dengan menghilangkan keberadaan parlok di aceh) bisa saja terjadi
Kabar terkahir yang saya tau, terkait masalah pembentukan panwaslu, sudah disepakati bersama bahwa yg dipake adalah UU No 10/2008. Dimana DPRA memberikan 6 nama calon anggota panwaslu kepada KIP dan kemudian KIP mengirimkan 6 nama tersebut kepada KPU untuk diseleksi sehingga tinggal 3 nama/orang saja. Walaupun memang, kabar terakhir yg saya tau (serambi edisi 11 atau 12 des), DPRA belum menyerahkan 6 nama tersebut kepada KIP. Mungkin muhajir lebih tau atau bisa mengecek lagi..
 Saya rasa jelas bahwa secara institusi/lembaga LDK dan PEMA itu bukan sayap politik atau underbouw nya PKS. Yg kemudian menjadikan LDK atau PEMA tersebut sayap politik atau kaki tangan PKS adalah orang2 yg ada di dalamnya. Di kampus saya sudah 2 periode (2 tahun) bukan orang tarbiyah atau orang yg punya afiliasi dengan PKS yg menjadi presiden mahasiswa. Saya rasa di kalangan mahsiswa sudah mulai terjadi kristalisasi penolakan terhadap eksistensi PKS di kampus. Dan kampus di aceh menurut saya rasa punya peluang (bisa juga sebaliknya, karena terlalu banyak kelompok/partai yg bermain di kampus) untuk itu. Tinggal bagaimana teman2 yg tidak setuju dengan keberadaan PKS atau orang2 yg berafiliasi dengan PKS itu bersatu. Perlu saya tekankan sekalo lagi, saya tidak ada masalah dengan mahasiswa yg punya afiliasi dengan partai politik manapun karena hak individu, cuma akan menjadi masalah jikalau ketika mereka memegang jabatan kampus itu mereka memihak kepada kelompok atau partai politik dimana ia berafiliasi..
PKS selalu mengangkat masalah syariat islam?
>>saya rasa PKS lebih plural saat ini, masih banyak agenbda lain yg mereka prioritaskan saat ini..mgkn muhajir bisa cari tau hasil muker PKS yg terakhir di Bali..
Syariat islam sbgai kado politik?
>>saya rasa semua juga kado politik. uu otonomi khusus, uu pa, parlok dan lain sebagainya semuanya itu adalah kado politik..tinggal bagaimna kita mengelola kado politik tadi supaya menguntungkan/bermanfaat bagi aceh
Golkar dan PPP memakai HMI
>>saya kurang tau, memang banyak kader HMI yg kemudian menyebrang ke Golkar atau PPP karena memang banyak senior yg mereka sebut dengan 'abang' banyak yg besar di partai tersebut (terutama Golkar). Namun demikian, menurut saya HMI itu secara institusi organisasi independen karena sebanrnya banyak juga kader HMI yg aktif di partai lain seperti Bursah Zarnubi yg menjadi Ketum PBR, Anas Urbaningrum yg jadi ketua DPP partai demokrat, Soetrisno Bachir yg jadi ketua PAN, Fuad Bawazier yg jadi ketua DPP Hanura dll

LIZA :
ini buka perdebatan muhajir,..hanya diskusi.. karena berdebat tidak akan menghasil sebuah hasil,..malah akan menjadi pertengkaran 
 
 
 



5 komentar:

  1. coba baca ini http://www.serambinews.com/old/index.php?aksi=bacaopini&opinid=1949

    BalasHapus
  2. wah,..aku jadi banayak belajar dari komentar teman-temanmu itu liza

    BalasHapus
  3. liza, ijal, muhajir, chalid dan laen2 nya!!!!
    salut utk semuanya !!!!

    yang penting, argumentasi kawan2 semuanya objektif, ilmiah dan cerdas.

    BalasHapus
  4. yup,..tq a lot 4 the comment yaa,..

    BalasHapus

Follow Us @soratemplates