Minggu, 30 November 2008

UNTUK SAHABATKU, DIMANAPUN KAU BERADA

November 30, 2008 2 Comments
Bila “ Dia” memanggilku lebih dahulu
Maka aku akan bermohon padaNya ,
Apakah aku dapat membawa seorang sahabat?


Sahabat,
Bila usiamu sampai seratus tahun
Aku ingin hidup seratus tahun kurang satu hari
Jadi, aku tak kan merasa hidup tanpamu, di sisiku


Persahabatan sejati layaknya arti kesehatan :
Nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya

Sahabat sejati selalu akan bersama kita
Ketika kita merasa seisi dunia meninggalkan kita


Ayahku selalu berkata,
Bila kamu memiliki banyak sahabat sejati, maka kau
Akan memiliki kehidupan yang indah

Jika seluruh sahabatku
Melompat ke suatu jurang
Maka aku tak kan mengikuti mereka
Aku akan berada di dasar jurang untuk menangkap mereka


Sahabat,
Aku akan membimbingmu
Dan kau akan membimbingku
Begitu sebaliknya


Jangan kau berjalan di depanku
Aku tak dapat mengikutimu
Jangan kau berada di belakangku
Aku tak sanggup memimpinmu
Berjalanlah di sampingku, jadilah temanku

Aku ingin mnejadi teman yang mendengarkan
Apa yang kau katakana
Dan apa yang tak kau katakan

Karena seorang sahabat sejati adalah
Yang dapat mendengar lagu di dalam hatimu
Dan menyanyikan kembali
Tatkala kau lupa akan bait-baitnya.


Aku tak tahu siapa pengarang kata-kata indah ini. Tetapi semoga isinya bisa menggugah hati kita dan membuat kita semakin menyayangi sahabat sejati kita.


Jumat, 28 November 2008

FINALLY, DIA HARUS BERBARING DI RS

November 28, 2008 0 Comments


Pagi tadi,temanku memutuskan untuk memeriksa darahnya. Ia sangat was-was dengan penyakitnya yang 50% hampir kami ketahui. Kalau bukan tifus, pasti DbD. Sedangkan malaria masih jauh dari kemungkinan,terlebih lagi ketika melihat pola demamnya. Walhasih, hasil labnya menunjukkan kadar trombositnya menurun drastis ditambah leukositosis. Jelaslah kalo itu ulahnya virus yang dibawa nyamuk aedes aigypti. DbD.
Pagi hari, sebelum berangkat ke kampus, sambil menghidangkan segelas teh hangat untuknya aku berkata, "walaupun RS itu rumah kedua kita,tapi aku masih ogah kalau harus di opname. Mending dibawa pulang ke kampung aja." sebenarnya aku menunggu jawaban 'ya' keluar dari mulutnya. Untuk orang dengan ekonomi pas-pasan seperti kami, dirawat di Rumah sakit sama saja dengan musibah. Bayangkan saja, biaya rumah sakit mana ada yang murah? Ditambah lagi dengan biaya dokter dan perawat serta pemeriksaan penunjang lainnya seperti lab,usg,x-ray? Walaupun pada nantinya aku akan menjadi bagian dari rumah sakit itu, tapi aku akan berpikir dua kali untuk diopname. Begitu juga dengan temanku itu. Biasanya kami akan tertawa setelah membahas tentang itu.
Namun, kali ini jawabannya berbeda, "aku mau diopname, liz."
aku sedikit terkejut, tp jawabannya memang benar. Kalau memang dia menderita DbD, maka setiap hari darahnya harus diperiksa untuk melihat kadar trombositnya. Bayangkan saja, jika trombosit terus menurun,pake kapiler2 darah akan pecah dan mengakibatkan bintik2 merah pada kulit. Lebih parahnya bisa mengakibatkan muntah darah hingga kematian,.naudzubillah.
Aku yang masih sehat ini hanya bisa berdoa agar Allah memberkahi kesehatanku. Semoga Allah segera memberikan kesembuhan untuk temanku. Amiin

Sent from my phone using trutap



Rabu, 26 November 2008

Sakit juga sebuah nikmat

November 26, 2008 0 Comments


Malam ini, aku bermalam di rumah temanku yang sedang terbaring lemas tak berdaya. Dari hasil anamnesa yang kulakukan, aku mendiagnosis banding penyakitnya 1. Tifus, karena ia menderita demam tinggi dan juga gangguan pencernaan. 2. DBD, dan 3. MALARIA. Tapi untuk menegakkan diagnosa kerja,temanku itu harus melakukan pemeriksaan lab yg termasuk darah rutin di dalamnya. Aku berharap ia tdk terserang Dbd ataupun malaria. Di sela-sela menemaninya, aku pun berpikir. Ternyata sakit adalah sebuah nikmat yang harus kita syukuri,bukan hanya sebagai ujian ataupun cobaan. Bayangkan saja, berapa banyak dosa kita yg dihapuskan oleh Allah ketika sabar dalam menghadapi penyakit ini. Betapa sakit kian menyadarkan kita bahwa kita hanyalah makhluk lemah tak berdaya. Dan karena sakit, kita juga berbagi-bagi rezeki dengan dokter (udah ngawur nih :)).. Walaupun demikian, sehat tetaplah lebih baik dari sakit. Karena dengan nikmat sehat,kita dapat melakukan banyak hal sebagai bentuk rasa syukur kita pada Allah swt

Sent from my phone using trutap



Minggu, 23 November 2008

MENANTI CUT NYAK DHIEN BARU

November 23, 2008 1 Comments
Tanpa terasa sudah seabad Cut Nyak Dhien, salah satu pahlawan perempuan asal Aceh meninggalkan dunia ini. Sebagai bangsa yang besar dan merhargai jasa pahlawannya, tentu peringatan 100 tahun wafatnya Cut Nyak Dhien menjadi sebuah momentum tersendiri untuk mengingatkan kita akan peran dan perjuangan yang beliau lakukan sepanjang hayatnya. Dengan merefleksikan peran dan perjuangan Cut Nyak Dhien harusnya semakin menyadarkan besarnya peran yang dapat di emban oleh kaum perempuan dalam perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat.

Sosok yang dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Lampadang wilayah VI Mukim pada tahun 1848 itu dikenal sebagai wanita yang memiliki watak yang keras, berani, tegar, mandiri, dan visioner. Sifatnya yang keras terlihat dari kata-katanya ketika Belanda di bawah pimpinan Kohler berhasil menguasai dan membakar Mesjid Raya Baiturrahman : “Lihatlah wahai orang-orang Aceh!! Tempat ibadat kita dirusak!! Mereka telah mencorengkan nama Allah! Sampai kapan kita begini? Sampai kapan kita akan lah atu sebab mengapa tentara Belanda harus mengalami perang berkepanjangan. Zentgraaf yang berkebangsaan Belanda itu tidak memuji Jenderal Kohler, Schmidt, dan beberapa jenderal Belanda lainnya yang pernah bertugas di Aceh. Ia sangat memuji keperkasaan Cut Nyak Dhien dan pahlawan perempuan Aceh lain yang pernah memebuat tentara Belanda gemetar.


Perempuan Aceh Dalam Konteks Kekinian

Perempuan pada saat ini diharapkan sebagai sosok yang berpendidikan, berkualitas moral dan akhlak yang tinggi dan mulia. Rasulullah SAW mendudukkan perempuan ke tingkat yang mulia sehingga diharapkan karyanya mensejahterakan bangsa dan negara. Perempuan adalah tiang negara. Apabila ia baik maka baiklah negara dan apabila ia buruk maka hancurlah negara. Oleh karena itu, sejauh mana perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat berperan aktif, apakah sebagai pekerja sosial, tokoh pendidikan, atau bahkan penegak hukum, tokoh politik, dan jajaran pemerintahan, sejauh itulah perempuan memiliki eksistensi sebagai pilar- pilar negara sehingga keberadaannya dianggap penting di setiap segi kehidupan bangsa dan negara.

Tidak dipungkiri bahwa dalam membedakan sosok perempuan, khususnya perempuan Aceh pada masa penjajahan dengan sekarang adalah perkara yang tidak gampang. Arus westernisasi belumlah berkembang pada zaman Cut Nyak Dhien menghadang Belanda. Suasana yang perjuangan menghadapi penjajah menjadi lahan yang subur untuk melahirkan para pionir. Dalam suasana perang, setiap saat semangat wanita Aceh bisa saja berkobar

Sedangkan pada era sekarang ini yang terjadi malah sebaliknya. Pada zaman yang semakin mengedepankan demokrasi dengan nilai-nilai keterbukaan dan kebebasan serta memberikan peluang yang besar bagi perempuan dalam menciptakan perubahan-perubahan di masyarakat menjadi lebih besar dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.menjadikan kaum hawa ini terjebak dalam perangkap modernitas yang mengedepankan tampilan luar dan melupakan nilai-nilai dasar yang lebih esensial. Hal inilah yang menurut amatan penulis melanda Aceh saat ini, terutama pada kaum muda.

Namun demikian, keterbukaan dan kebebasan bukan hal untuk ditolak, tetapi kita harus mengupayakan agar keterbukaan dan kebebasan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan diri. Sehingga dapat memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
Dalam konteks kekinian, hal ini tentunya menjadi sesuatu tantangan besar bagi perempuan Aceh dalam memanage keterbukaan dan kebebasan yang dimiliki oleh Aceh saat ini agar dapat dimanfaatkan ke arah yang baik. Kecenderungan sebagian perempuan muda Aceh saat ini yang lebih senang menghabiskan waktu dengan melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat (seperti jalan-jalan atau nongkrong di café) harus diarahkan kepada sesuatu yang mampu memberdayakan diri mereka dan juga memberdayakan masyarakat sekitarnya.

Suatu hal yang juga perlu diintropeksi oleh para perempuan Aceh adalah ketika masih banyak partai di Aceh yang belum mampu memenuhi kuota 30% keterwakilan perempuan sebagai calon legislatif. Padahal era keterbukaan dan kebebasan ini seharusnya menjadi momentum bagi perempuan Aceh untuk lebih aktif dan partisipatif dalam dunia perpolitikan.

Mari kita melihat kilas balik perjuangan Cut Nyak Dhien dan pejuang perempuan lainnya di Aceh yang telah mampu membuktikan bahwa perempuan Aceh juga memiliki potensi untuk berperan dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan hal ini telah berlangsung jauh sebelum perang meletus. Pada tahun 1641-1675 M, kerajaan Aceh Darussalam dipimpin oleh Ratu Safiatuddin, putri Sultan Iskandar Muda yang menjadi wanita Aceh pertama yang pengangkatannya menjadi ratu didukung oleh ulama terkenal, Syaikh Abdurrauf Singkel atau Syiah Kuala. Selama tiga periode berikutnya (1675-1699 M), Ratu Naqiatuddin, Ratu Zakiatuddin, dan Ratu Kamalat, berturut-turut menjadi pemegang tampuk tertinggi kerajaan Aceh. Kajayaan, kemakmuran, dan rasa segan bangsa lain terhadap kerajaan Aceh yang dipupuk oleh Sultan Iskandar Muda, tidak pernah luntur, saat Ratu mengambil alih kepemimpinan. Ini membuktikan bahwa kecakapan dan peran penting wanita Aceh dalam masyarakat.

Dari segi keagamaan, Cut Nyak Dhien telah membuktikan bahwa anggapan seorang Indologis Jerman Moriz Winternitz yang dikutip dalam buku The Tao of Islam, tentang perempuan selalu menjadi sahabat agama, namun agama tidak pernah menjadi sahabat perempuan yang dipahami oleh Moriz Winternitz sebagai sebuah gugatan terhadap ajaran agama yang tidak simpatik terhadap perempuan sementara perempuan telah bersikap sesimpatik mungkin terhadap agama merupakan sesuatu yang salah. Cut Nyak Dhien membuktikan bahwa perempuan dapat berperan lebih dalam masyarakat dengan tetap menjaga nilai-nilai Islam yang dianutnya.

Pemahaman seperti inilah yang seharusnya juga dicontoh oleh generasi muda perempuan Aceh. Generasi muda perempuan Aceh harus berperan lebih besar dalam masyarakat dan tetap menjaga nilai-nilai keislaman yang dianut. Hal ini dibarengi juga dengan semangat juang yang tinggi untuk berbuat dan berperan dalam masyarakat. Seperti semangat perjuangan yang dicontohkan oleh Cut Nyak Dhien dan pejuang perempuan Aceh lainnya ketika melawan Belanda. Tentunya semangat perjuangan tersebut harus dikontekstualisasikan dengan kondisi kekinian, dimana tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat berbeda dengan saat masa perjuangan dahulu. Kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan dan lain sebagainya tentunya menjadi musuh besar yang harus diperangi untuk saat ini.


Mengasah Kembali Semangat Cut Nyak Dhien

“Wanita adalah penjaga nyawa Aceh,” ucap mantan Gubernur Aceh, Ibrahim Hasan. Sebagai penjaga nyawa, peranan perempuan Aceh baik yang tercatat atau tidak tercatat dalam sejarah telah mereka buktikan sejak zaman Iskandar Muda sampai Cut Nyak Dhien.
Momentum 100 tahun wafatnya Cut Nyak Dhien, tentunya menjadi sebuah harapan untuk lahirnya kembali Cut Nyak Dhien-Cut Nyak Dhien baru yang tentu saja tidak menggunakan rencong sebagai alat perjuangan, melainkan kecerdasan, semangat leluhur, dan sikap budaya yang islami, untuk merubah rahmat menjadi nikmat. Munculnya Cut Nyak Dhien baru diharapkan nantinya akan mendorong lebih banyak perempuan Aceh yang berperan dalam berbagai bidang seperti sosial, politik, ekonomi, militer, hukum, pemerintahan dan lain sebagainya.

Harapan untuk muncul Cut Nyak Dhien baru tersebut tentunya berada di pundak perempuan muda Aceh. Kenapa perempuan muda Aceh? Karena merekalah yang akan melanjutkan tongkat estafet perjuangan yang telah dilaksanakan oleh para pendahulu. Sejarah juga telah membuktikan bahwa kaum muda selalu menjadi motor perubahan di berbagai belahan dunia. Kaum muda muncul sebagai kekuatan pendobrak yang melahirkan perubahan.

Gerakan pembebasan nasional di Turki, di awali oleh kebangkitan kaum muda yang membangkitkan nasionalisme Turki tahun 1889. Di Eropa, kondisi kehidupan pekerja yang sangat buruk di masa awal sistem kapitalisme pada masa revolusi industri, membangkitkan aliansi pekerja muda dan mahasiswa dalam gerakan menuntut pemberlakuan 8 jam kerja sehari, dan penghilangan bentuk kekerasan terhadap pekerja. Bahkan sekarang, di Eropa, Amerika Latin, Afrika, dan Asia kebangkitan perlawanan rakyat berdampingan dengan kebangkitan kembali kaum muda. Kaum mudalah, di barisan terdepan dalam penolakan UU Kontrak Kerja Pertama (CPE) di Prancis, atau perlawanan terhadap rasialisme di Amerika yang semakin intensif hari ini. Semua itu adalah gejala sekaligus pembuktian bahwa sebenarnya kaum muda memiliki potensi besar untuk berperan dalam menciptakan tatanan masyarakat yang lebih baik.

Aceh yang dalam proses transisi pascakonflik tentunya membutuhkan energi besar. Perempuan sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan juga seharusnya dapat memberikan andil yang besar dalam proses tersebut. Tentunya dengan kolaborasi yang cantik dan apik dengan kaum laki-laki. Seperti Cut Nyak Dhien yang selalu mendukung dan memberikan semangat semasa hidup suaminya Ibrahim Lamnga dan semasa hidup Teuku Umar. Begitu pula dengan Teuku Umar yang mengijinkan dan menyemangati Cut Nyak Dhien untuk ikut berjuang. Aceh butuh ribuan Cut Nyak Dhien baru yang bisa menggantikan semangat rencong dengan semangat pena dan membawa Aceh menjadi lebih baik pada masa yang akan datang.

dimuat di www.acehinstitute.org

Jumat, 21 November 2008

SLEEP PARALYSIS (KETINDIH)

November 21, 2008 3 Comments
Pernah terbangun dari tidur, tapi sulit bergerak ataupun berteriak? Tenang, Anda bukan sedang diganggu mahkluk halus. Ini penjelasan ilmiahnya!

KEJADIAN ini sering saya alami sejak zaman SMP, bahkan hingga sekarang (meski frekuensinya sudah sangat berkurang). Saat hendak bangun dari tidur atau baru saja terlelap, saya merasa seperti ditindih sesuatu. Ini membuat saya sulit bangun ataupun berteriak minta tolong.

Lalu, ada sedikit rasa dingin menjalar dari ujung kaki ke seluruh tubuh. Untuk bisa bangun, satu-satunya cara adalah menggerakkan ujung kaki, ujung tangan atau kepala sekencang-kencangnya hingga seluruh tubuh bisa digerakkan kembali.

Setelah itu, biasanya saya tidak berani tidur. Takut kesadaran saya hilang atau kejadian itu berulang lagi. Apalagi saat kejadian, saya seperti melihat sebuah bayangan di kegelapan.
Pernah saya saya bercerita tentang hal ini pada ibu saya. Beliau mengatakan saya mengalami tindihan. Dan menurut kepercayaan orang tua, yang menindih adalah makhluk halus. Ih, seram ya! Namun, logika saya berusaha mencari penjelasan ilmiah. Inilah hasilnya

Sleep Paralysis
Menurut medis, keadaan ketika orang akan tidur atau bangun tidur merasa sesak napas seperti dicekik, dada sesak, badan sulit bergerak dan sulit berteriak disebut sleep paralysis alias tidur lumpuh (karena tubuh tak bisa bergerak dan serasa lumpuh). Hampir setiap orang pernah mengalaminya. Setidaknya sekali atau dua kali dalam hidupnya.

Sleep paralysis bisa terjadi pada siapa saja, lelaki atau perempuan. Dan usia rata-rata orang pertama kali mengalami gangguan tidur ini adalah 14-17 tahun. Sleep paralysis alias tindihan ini memang bisa berlangsung dalam hitungan detik hingga menit. Yang menarik, saat tindihan terjadi kita sering mengalami halusinasi, seperti melihat sosok atau bayangan hitam di sekitar tempat tidur. Tak heran, fenomena ini pun sering dikaitkan dengan hal mistis.

Di dunia Barat, fenomena tindihan sering disebut mimpi buruk inkubus atau old hag berdasarkan bentuk bayangan yang muncul. Ada juga yang merasa melihat agen rahasia asing atau alien. Sementara di beberapa lukisan abad pertengahan, tindihan digambarkan dengan sosok roh jahat menduduki dada seorang perempuan hingga ia ketakutan dan sulit bernapas.

Kurang Tidur
Menurut Al Cheyne, peneliti dari Universitas Waterloo, Kanada, sleep paralysis, adalah sejenis halusinasi karena adanya malfungsi tidur di tahap rapid eye movement (REM).

Sebagai pengetahuan, berdasarkan gelombang otak, tidur terbagi dalam 4 tahapan. Tahapan itu adalah tahap tidur paling ringan (kita masih setengah sadar), tahap tidur yang lebih dalam, tidur paling dalam dan tahap REM. Pada tahap inilah mimpi terjadi.

Saat kondisi tubuh terlalu lelah atau kurang tidur, gelombang otak tidak mengikuti tahapan tidur yang seharusnya. Jadi, dari keadaan sadar (saat hendak tidur) ke tahap tidur paling ringan, lalu langsung melompat ke mimpi (REM).

Ketika otak mendadak terbangun dari tahap REM tapi tubuh belum, di sinilah sleep paralysis terjadi. Kita merasa sangat sadar, tapi tubuh tak bisa bergerak. Ditambah lagi adanya halusinasi muncul sosok lain yang sebenarnya ini merupakan ciri khas dari mimpi.

Selain itu, sleep paralysis juga bisa disebabkan sesuatu yang tidak dapat dikontrol. Akibatnya, muncul stres dan terbawa ke dalam mimpi. Lingkungan kerja pun ikut berpengaruh. Misalnya, Anda bekerja dalam shift sehingga kekurangan tidur atau memiliki pola tidur yang tidak teratur.

Jangan Anggap Remeh
Meski biasa terjadi, gangguan tidur ini patut diwaspadai. Pasalnya, sleep paralysis bisa juga merupakan pertanda narcolepsy (serangan tidur mendadak tanpa tanda-tanda mengantuk), sleep apnea (mendengkur), kecemasan, atau depresi.

Jika Anda sering mengalami gangguan tidur ini, sebaiknya buat catatan mengenai pola tidur selama beberapa minggu. Ini akan membantu Anda mengetahui penyebabnya. Lalu, atasi dengan menghindari pemicu. Bila tindihan diakibatkan terlalu lelah, coba lebih banyak beristirahat.

Kurang tidur pun tidak boleh dianggap remeh. Jika sudah menimbulkan sleep paralysis, kondisinya berarti sudah berat. Segera evaluasi diri dan cukupi kebutuhan tidur. Usahakan tidur 8-10 jam pada jam yang sama setiap malam.

Perlu diketahui juga, seep paralysis umumnya terjadi pada orang yang tidur dalam posisi telentang (wajah menghadap ke atas dan hampir nyenyak atau dalam keadaan hampir terjaga dari tidur). Itu sebabnya, kita perlu sering mengubah posisi tidur untuk mengurangi risiko terserang gangguan tidur ini.

Nah, jika tindihan disertai gejala lain, ada baiknya segera ke dokter ahli tidur atau laboratorium tidur untuk diperiksa lebih lanjut. Biasanya dokter akan menanyakan kapan tindihan dimulai dan sudah berlangsung berapa lama. Catatan yang telah Anda buat tadi akan sangat membantu ketika memeriksakan diri ke dokter.

Mitos Sleep Paralysis Di Berbagai Negara
- Di budaya Afro-Amerika, gangguan tidur ini disebut the devil riding your back hantu atau hantu yang sedang menaiki bahu seseorang.
- Di budaya China, disebut gui ya shen alias gangguan hantu yang menekan tubuh seseorang.
- Di budaya Meksiko, disebut se me subio el muerto dan dipercaya sebagai kejadian adanya arwah orang meninggal yang menempel pada seseorang.
- Di budaya Kamboja, Laos dan Thailand, disebut pee umm, mengacu pada kejadian di mana seseorang tidur dan bermimpi makhluk halus memegangi atau menahan tubuh orang itu untuk tinggal di alam mereka.
- Di budaya Islandia, disebut mara. Ini adalah kata kuno bahasa Island. Artinya hantu yang menduduki dada seseorang di malam hari, berusaha membuat orang itu sesak napas dan mati lemas.
- Di budaya Tuki, disebut karabasan, dipercaya sebagai makhluk yang menyerang orang di kala tidur, menekan dada orang tersebut dan mengambil napasnya.
- Di budaya Jepang, disebut kanashibari, yang secara literatur diartikan mengikat sehingga diartikan seseorang diikat oleh makhluk halus.
- Di budaya Vietnam, disebut ma de yang artinya dikuasai setan. Banyak penduduk Vietnam percaya gangguan ini terjadi karena makhluk halus merasuki tubuh seseorang.
- Di budaya Hungaria, disebut lidercnyomas dan dikaitkan dengan kata supranatural boszorkany (penyihir). Kata boszorkany sendiri berarti menekan sehingga kejadian ini diterjemahkan sebagai tekanan yang dilakukan makhluk halus pada seseorang di saat tidur.
- Di budaya Malta, gangguan tidur ini dianggap sebagai serangan oleh Haddiela (istri Hares), dewa bangsa Malta yang menghantui orang dengan cara merasuki orang tersebut. Dan untuk terhindar dari serangan Haddiela, seseorang harus menaruh benda dari perak atau sebuah pisau di bawah bantal saat tidur.
- Di budaya New Guinea, fenomena ini disebut Suk Ninmyo. Ini adalah pohon keramat yang hidup dari roh manusia. Pohon keramat ini akan memakan roh manusia di malam hari agar tidak menggangu manusia di siang hari. Namun, seringkali orang yang rohnya sedang disantap pohon ini terbangun dan terjadilah sleep paralysis.

dari berbagai sumber

Selasa, 18 November 2008

DIA ADALAH PENDAYUNG BECAK

November 18, 2008 4 Comments
Pagi minggu itu suasana tampak sepi dibandingkan pagi-pagi di hari yang lain. Jalanan tampak lenggang, hanya dua atau tiga kendaraan yang berlalu lalang. Simpang lima, pusat kota Banda Aceh juga masih sepi. Meskipun disitu merupakan tempat merajanya para kapitalis yang tampak jelas terlihat dari bangunan-bangunan yang kelihatan wah dari yang lain. Kalau dihitung-hitung, semua tempat kapitalis menggeruk kantong masyarakat Aceh berkumpul disitu. Ada restoran cepat saji yang menjual ayam goreng khasnya dengan lambang kapten tua di setiap kemasan, di depannya juga tak mau kalah restoran yang menyediakan aneka jenis pizza, makanan Italia. Kalau kita berjalan beberapa langkah, akan kita temukan restoran yang juga kelihatan ikut-ikutan untuk menampakkan gigi geliginya di bumi Aceh dengan menjual es cream yang katanya berbeda dari tempat yang lain. Tak jauh dari situ, ada juga restoran yang menjual es teller dengan harga selangit, diikuti oleh pasar swalayan yang cabangnya tersebar di seluruh sudut kota Banda Aceh.

Minggu pagi memang waktu yang tepat untuk berdiam diri di rumah setelah enam hari sebelumnya sibuk dengan rutinitas masing-masing. Membersihkan rumah, mencuci pakaian, berkumpul bersama keluarga, dan setelah itu baru berenjak keluar dari rumah untuk rekreasi bersama keluarga ke pantai. Ada juga yang menghabiskan minggunya di restoran-restoran cepat saji tersebut terutama bagi orang-orang yang merasa uang di kantongnya sudah melompat-lompat untuk segera dikeluarkan dan diserahkan pada pemilik usaha kapitalis.

Memang makanan yang ditawarkan kapitalis itu telah membuat banyak pedagang pribumi mejadi kebakaran jenggot, terpaksa gulung tikar, dan hanya sedikit yang masih tetap exist. Para kapitalis dengan segara ajian pemikatnya membuat para muda mudi menjadi lupa akan timpan, kuah pliek u, dan segala jenis makanan Aceh lainnya. Rasa-rasanya tidak gaul kalau belum mengunjungi tempat-tempat itu, walaupun dengan kantong pas-pasan. Tidak bisa dipungkiri kalau ajian pemikat yang mereka hembuskan lewat iklan-iklan membuat lidah ingin segera mencicipinya. Meskipun hanya sekali saja.

Sambil berjalan melewati setiap bangunan kapitalis itu, aku berpikir berapa banyak uang Aceh telah berputar di dalamnya. Dan yang lebih menyedihkan berapa banyak orang Aceh yang telah ikut-ikutan bersifat seperti kapitalis itu. Yang hanya memikirkan keuntungan diri sendiri tanpa melihat pengemis di sekitarnya yang semakin meraja lela. Semua menjadi nafsi-nafsi. Jangan harap kalau kita sedang berjalan sendirian akan ada orang yang dengan ikhlas memberikan tumpangan untuk kita. Semuanya sekarang dinilai dengan materi. Uang, uang, dan uang.

Aku yang saat itu bersama temanku Nora, terus berjalan hendak menuju sebuah kantor pemerintahan letaknya dipisahkan oleh sungai dari istana kapitalis itu. Jaraknya tak begitu jauh untuk pejalan kaki sepertiku. Tak ada angkutan umum yang melewati kawasan itu. Hanya ada beberapa becak yang bertengger di depan swalayan. Tak terbesit keinginan untuk menumpangi becak karena harga yang mereka tawarkan pun rasanya tak setimpal dengan jarak yang kutempuh. Virus kapitalis pun telah merasuk jiwa para pendayung becak itu. “ BBM naik, dek!” begitu dalih mereka. Tapi kenapa harus menaikkan harga dengan sangat tinggi padahal jarak yang ditempuh tidak lebih dari seratus meter? Aku dan temanku memutuskan untuk berjalan kaki saja karena memang aku sangat menikmati dan menyukai perjalana dengan kedua anugrah yang diberikan oleh Allah Swt ini.

Ketika hampir mendekati jembatan yang menghubungkan ruas jalan yang dipisahkan oleh sungai itu, seorang abang becak menghampiri kami. “ Becak, dek!” tawarnya. Aku menaksir kalau laki-laki itu masih muda untuk ukuran seorang pendayung becak. Tampak dari garis wajahnya yang belum keriput dan air mukanya yang masih berseri walaupun kulitnya semakin hitam terbakar matahari.
“ Nggak, bang. Udah mau dekat kok!” jawabku sekenanya.
“Murah kok dek,” ia mulai membujukku.
“ Cuma ke kantor X kok bang, sebentar lagi pasti nyampe,” tambah temanku dan tetap menolak. Aku merasa sebel sendiri melihat tingkah abang becak itu.
“ Kalau gitu, yuk bareng aja. sekalian lewat. Gratis!” tawarnya kembali.
Aku sedikit ketakutan mendengar tawarannya. Pikiranku mulai aneh-aneh. Bagaimana kalau dia menculikku? Atau melarikanku ke suatu tempat yang tidak diketahui oleh keluargaku? Berbagai macam pikiran menembus sawar otakku. Akibat terlalu sering menonton acara criminal di televisi membuat pikiranku semakin aneh-aneh saja. selalu berpikir kalau orang yang belum kukenal itu adalah penjahat!
“Ngga usah bang!”
“Ngga papa kok dek. Kebetulan abang juga lewat dari depan kantor itu.”
Ketika pikiranku kembali jernih, spontan aku tertawa sendiri. Mengapa tidak kuterima saja tawaran baiknya. Kalau pun dia berniat macam-macam aku bisa melompat dari becaknya. Yang dia kendarai sekarang adalah becak! Bukan mobil! Satu lagi, aku tidak sendiri sekarang. Aku berdua dengan temanku. Tenaga kami sepertinya tidak kalah untuk menghantam abang becak itu kalau dia macam-macam.

Aku dan temanku pun menerima tawarannya. Kami berbincang-bincang banyak dalam perjalanan. Dan akhirnya aku dan temanku pun tiba di kantor yang kami tuju. Setelah turun dari bacak itu aku berkata pada temanku, “ Ternyata Tuhan masih tetap mengirimkan orang-orang baik di sekitar kita. Meski iblis tidak henti-hentinya membujuk kita untuk berpikir kapitalis.”

Pagi minggu, 16 November 2008

Minggu, 16 November 2008

KINTA, SEJUTA INSPIRASI

November 16, 2008 3 Comments



Akulah penjagamu

Akulah pelindungmu

Akulah pendampingmu

Disetiap langkah-langkahmu

Kau bawa diriku ke dalam hidupmu

Ke basuh diriku dengan rasa sayang

Senyummu juga sedihmu adalah hidupku

Kau sentuh cintaku dengan lembut

Dengan sejuta warna

Sebelas januari bertemu…

Menjalani kisah cinta ini…

Kinta terus mencoret-coret buku tulisnya. Inspirasi tak jua muncul untuk menghasilkan sebuah tulisan yang akan dimuat pada salah satu rubrik di buletin yang dipimpinnya. Belum lagi sms dari manager pelaksana yang mewanti-wantinya untuk segera menyelesaikan tugasnya yang keburu deadline. Dan saking susahnya memunculkan sebuah inspirasi, Kinta memutuskan menulis lirik-lirik 11 Januarinya Gigi yang sedang didengar melalui ponselnya. Sebagai tulisan yang nantinya akan dimuat.

“ Hmmmm, 11 Januari.” Desisnya dan tersenyum simpul. “ 11 Januari,” ulangnya lagi. “ Gila aja, kalo ini yang kukasih ke redaksi. Bisa-bisa menager mencak-mencak. Aku ngga bertanggung jawablah, inilah, itulah, yang akan keluar dari mulutnya sebagai respon terhadap tulisanku. Egp. Emang gue pikirin. Hehe…” Jelas aja Kinta berpikir seperti itu. Toh, tugasnya bukan menulis kembali lirik lagu, tetapi membuat cerpen. Walaupun ia berkedudukan sebagai pimred di buletin tersebut, tapi yang namanya tugas, tetaplah tugas.

Kinta memandang kamar berukuran 3 x 3 meter yang disewanya tiga bulan yang lalu. Menatap setiap sudut. Mencari inspirasi yang mungkin saja tergantung bersama pakaiannya di belakang pintu.

“Cowok banget,” Kinta tersenyum lagi. Kali ini lebih lebar. “ Kamarku ngga beda dengan kapal pecah,..cape deh.”

Di sudut kanan kamar, ada setumpuk pakaian kotor yang belum sempat dicuci. “ Maklumlah, sibuk nih. Belum lagi dengan tugas kuliah yang menumpuk, acara di organisasi yang ngga pernah usai, dan sekarang deadline tulisan.” Kinta membela diri. Kepada siapa? Nuraninya mungkin, yang udah ngga tahan lagi melihat kesemrautan kamarnya.

Lima gambar tertempel di dinding kamar berwarna biru muda itu. Posternya raja Rock ‘n Roll, Elvis Presley. Gambar anatomi tubuh manusia. Anatomi sistem digestive. Mading yang berisikan foto-foto, bukti pembayaran berbagai jenis belanjaan, dan aneka lomba yang dilaksanakan beberapa bulan ke depan. Poster terakhir, daftar kegiatan Kinta selama seminggu.

Gadis yang sedang kuliah di Fakultas Kedokteran di sebuah universitas negri ini beranjak dari meja belajarnya, mengambil spidol dan menuliskan jadwal kegiatan besok. Kinta terbelalak menatap tanggal di kalender. Besok itu tanggal 19. Jadwal deadline tulisan tanggal 19, dan tanggal 19 itu adalah besok, bukan lusa. So, apa yang harus ditulis dalam waktu sesingkat ini?

“Waduuuuhhhh,…” Kinta meringis dan menggaruk-garuk kepala yang sebenarnya ngga gatal.

“ Makanya, kalo ada tugas itu dikerjain terus mumpung ada waktu. Jangan ditunda-tunda.” Nasihat mamanya ketika datang ke kost-an Kinta tanpa pemberitahuan sebelumnya dan menyaksikan kamar anak perempuan satu-satunya itu layaknya kapal pecah!!! Kinta tak bisa berkelit. Mau bilang ngga sempat karena jadwal kuliah yang padat, sangat tidak mungkin. Mama telah melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Kinta lagi seru-serunya main game Aspalt di laptopnya. Duh…

Kinta kembali menatap jadwalnya yang tertempel di dinding, kali ini fokusnya tidak pada jadwal yang seabrek itu tetapi pada kalimat yang tertulis di bagian atasnya “ Kewajiban yang kita miliki, lebih banyak dari waktu yang tersedia”

“ Kenapa aku terpojok seperti ini?” batinnya. Selama ini Kinta bukannya tidak sadar atas kehadiran kalimat pada poster itu. Namun, kalimat itu sekarang seolah tertawa lebar ke arahnya dan mengejeknya “ Aku bukan sekadar pajangan, Kin. Tapi, kamu harus mendalami dan mengerjakan setiap makna yang kumiliki. Nah lho, sekarang baru kena batunya, kan?”

Sangat menohok dan membuat Kinta gondok.

Kau bawa diriku ke dalam hidupmu kau basuh diriku dengan rasa sayang… ponselnya berdering. Dari Early, teman sekaligus komting angkatannya.

“ Ya, Ear. Ada apa?”

“ Cuma mau bilang besok jam 8 pagi kita kuliah obstruksi usus, Kin.”

Kinta terperanjat. “ Serius kamu? Bukannya besok kita hanya praktikum PK (patologi klinik) jam 2?”

“Jadwal yang sebenarnya emang gitu, tapi dokter Yadi harus ke luar kota besok lusa. Jadi, kalau ngga diganti secepatnya, takut ntar ngga sempat lagi. Lagian minggu depan kita ujian. Udah dulu ya, Kin. Aku mau hubungi yang lain.” Early memutuskan telpon.

“ OMG.” Kinta mengerang. “ Kok bisa semuanya jadi amburadul begini?”

Besok kuliah jam 8 dengan dokter Yadi, itu artinya ia harus menguasai materi yang akan dikuliahkan setidaknya lima puluh persen. Jika tidak, bersiap-siaplah untuk diceramahi di depan kelas. “ Bagaimana kamu mau jadi dokter, kalo anatomi dan fisiologi ini saja tidak tahu. Belum lagi jika organ tersebut patologis.” Dan bla bla bla… dua jam kuliah akan berlipat ganda.

Tapi kapan belajarnya? Deadline tulisan belum selesai karena inspirasi tak mau kompromi. Mau TA (titip absen ) besok? Impossible. Dokter Yadi selalu mengabsent mahasiswa satu per satu. Nah, kalau Kinta tidak ada ketika namanya dipanggil. Urusan akan semakin rumit. Kacau jadinya. Ia akan dipanggil pihak akademis, diinterogasi bak seorang tersangka, mau ngasih alasan apa kalau udah begini?..ah pokoknya ribet.. Lagian, ngga Kinta banget kalo TA. Ya, walau bagaimanapun Kinta, ia tetap berprinsip. Kalau memang ia tak bisa masuk kuliah, biar aja absentnya kosong. No space for TA. Peduli amat dipanggil sama pihak akademis, toh itu memang kesalahannya. Dan syukurnya ia selalu lolos dari pemanggilan itu karena ia memang tidak pernah absent kuliah kecuali beberapa kali dan itu tidak dipermasalahkan dosen yang mengajar apalagi pihak akademis.

“Allah help me…” minggu depan ujian. Bahan setumpuk dan belum satupun dibacanya.

Sosok Early yang sedang tersenyum melintas dibenaknya. Cowok yang sering diejek teman-teman dengan “balon” alias “banci salon” itu membuat Kinta semakin bersalah. Bukan karena perubahan jadwal kuliah yang baru saja disampaikan Early, tapi karena kehidupan cowok yang menjadi teman dekatnya selama kuliah. Hidup yang telah terpola, begitu Kinta menyebutnya. Dan bagi Kinta, itu sangat membosankan.

“Jalani aja hari ini untuk hari ini. Besok untuk besok,” ucapnya pada Early ketika membaca buku temannya itu yang penuh dengan catatan kuliah, jadwal harian, dan target yang ingin dicapai. “ untuk apa ditargetkan sampe segitunya, Lon.” (“Lon” diucapkan seperti pada kata balon)

Kinta juga tak urung mengejek Early dengan “balon” seperti teman-temannya yang lain. Namun, Early tidak pernah ambil pusing. Itu yang membuat Kinta kagum. Early tetap PD dengan apa yang dimilikinya.

Kali ini pikiran Kinta menuju ke kamar Early yang sempat dikunjunginya bersama teman-teman yang lain ketika Early sakit.

Kamar yang bersih dan harum. Sangat nyaman. Isi kamarnya lebih banyak dari kamar Kinta, tapi tersusun rapi. “Seperti kamar cewek,” ucapnya pada Early, berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kamarnya.

Early juga tinggal di kost-an dengan ukuran kamar yang lebih kecil dari kamar Kinta. Aktif di organisasi. Tapi masih sempat mengerjakan tugas-tugas lain. Masih sempat belajar. Dan merapikan kamar.

“ Ngga salah, Ear. Kalau kamu diejek banci sama anak-anak. Kelakuanmu tak ubah seperti cewek. Ribet. Disiplin seperti mamaku.” Cibir Kinta ketika mereka sedang makan mie pangsit di kantin kampus.

“Biarin aja. Daripada kamu, Kin. Cewek kelakuannya seperti cowok. Calon dokter, tapi amburadul. Ngga rapi,” balas Early, “Terserahlah, Kin. Aku tetaplah aku, walau bagaimanapun aku.

Mamaku bilang, dalam hidup harus memiliki objektivitas, dan prioritas yang akan dicapai. Dan aku ingin menjalankan hidup ini seperti yang mama bilang. Peduli amat dengan orang. Aku merasa nyaman dengan diriku.” Early menjelaskan panjang lebar ke Kinta dengan gaya gemulainya. Kinta ingin mengelak waktu itu, tapi tidak bisa. Apa yang dikatakan Early adalah benar.

Huh… Kinta terpaku mengingat kata-kata Early. Membayangkan tugas-tugas yang belum dikerjakan. Tulisan yang belum selesai. Jadwal kuliah yang berubah-ubah. Ujian di depan mata. Pakaian yang belum dicuci. Kamar yang berantakan. Dan orang tuanya yang pontang panting mencari nafkah untuk membiayai hidup dan kuliahnya yang jumlahnya tidak sedikit.

God,..

Objektivitas ?!?

Prioritas ?!?

Jumat, 14 November 2008

Hari Kesehatan nasional Vs Pelayanan Kesehatan

November 14, 2008 5 Comments



Beberapa hari yang lalu, tanggal 12 November 2008 diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang ke-44. Melalui peringatan Hari Kesehatan Nasional ini, pemerintah mengharapkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia bisa lebih meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang bertujuan lagi untuk mencapai Indonesia Sehat 2010. Seperti kata pepatah, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Oleh kerena itu, dengan meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat pada gilirannya juga akan memperkuat negara.

Mengapa harus sehat?

Cara paling cepat masuk kubur adalah dengan mati. Cara paling cepat mati adalah dengan sakit-sakitan. Adalah fakta jika kebanyakan orang tidak ingin cepat mati. Oleh sebab itu, sehat merupakan dambaan setiap orang diseluruh pelosok dunia.
Sehat bukan hanya merefleksikan prospek untuk hidup lebih lama, bahkan juga menjadi fondasi untuk hidup lebih produktif secara sosial maupun ekonomi. Jadi, bebas penyakit adalah syarat utama untuk hidup lebih maju. Maka wajar saja kalau di negara-negara maju, angka kematian sangat kecil. Bandingkan saja, dari 1000 kelahiran bayi di Indonesia, 33 diantaranya meninggal. Sementara Malaysia, tetangga kita, hanya 8 yang meninggal dari 1000 kelahiran (UNDP, 2003).

Kebutuhan akan sehat tidak hanya diperoleh dengan cara hidup sehat, tapi juga dengan adanya pelayanan kesehatan. Adalah tugas negara untuk membuat rakyatnya sehat dengan membuka akses kesehatan secara maksimal. Kesempatan untuk mendapat pelayanan kesehatan dipandang sebagai hak paling asasi dari rakyat. Maka tidak boleh tidak, pemerintah harus menyediakan rumah sakit, dokter, perawat, obat-obatan, perlengkapan serta pelayanan lainnya dengan mutu dan standar yang optimum.

Namun pada kenyataannya, pelayanan kesehatan di masyarakat kita masih jauh untuk dapat dikaatakan memadai, terlebih lagi jika hal itu telah menyangkut rakyat miskin, masyarakat yang justru mendominasi negeri ini. Tidak jarang kita melihat banyaknya kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah terutama menyangkut program-program yang ditawarkan pemerintah untuk memudahkan mereka dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Dalam sebuah kunjungan ke Kecamatan Ulim, Pidie Jaya, dalam rangka mengikuti kegiatan bakti sosial yang diselenggarakan fakultas tempat penulis menuntut ilmu sekarang, penulis sangat miris ketika melihat banyak masyarakat miskin di wilayah tersebut yang bahkan hingga saat ini tidak tahu benar tentang apa itu Askes (Asuransi Kesehatan), Kartu sehat maupun Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Apalagi ketika diminta pendapatnya tentang Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM). Susahnya akses informasi tentang bagaimana prosedur mendapat kartu Askes atau Bantuan Langsung Tunai (BLT), ketidaktahuan mereka ke mana mengadukan hak ketika mereka diabaikan, serta sejumlah penghambat lain, sekaligus menyuburkan bilangan kaum miskin yang tidak tersentuh program pemerintah. Jika demikian keadaannya, bagaimana bisa berharap lebih pada peringatan HKN ke-44 tahun ini? Kapan kira-kira masyarakat kita bisa benar-benar sehat dan menguatkan negeri kaya raya ini?

Masalah-masalah yang terjadi di Ulim merupakan fenomena gunung es, artinya masih banyak masalah serupa yang juga terjadi di daerah lain di Aceh dan Indonesia pada umumnya. Kita mungkin tidak akan menyangkal jika ternyata di sekitar kita, kartu sehat atau kartu Askes justru beredar dikalangan masyarakat yang berada atau kelas menengah ke atas. Mungkin mereka adalah keluarga Pak Geuchik atau Kepala Desa, keluarga birokrat Puskesmas, dan lain-lain yang belum tentu mereka berhak mendapatkannya.

Kita juga pasti sering mendengar atau bahkan menyaksikan sendiri betapa pilunya hati pasien yang terpaksa dipulangkan saat benar-benar membutuhkan pertolongan kedaruratan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit karena tidak cukup biaya. Kita mungkin pula akan mengiyakan betapa masih banyak pelanggaran dalam pelayanan kesehatan terhadap pasien yang dilakukan baik oleh dokter, perawat, mantri atau bidan-bidan di desa. Kita juga selalu akan mengerti dengan kenyataan miris bahwa kita masih selalu kedatangan penyakit-penyakit infeksi tropik yang seharusnya sudah enyah dari negeri ini, mislanya diare, demam berdarah atau malaria.
Masih banyak kenyataan lain yang mungkin bisa menjadi kontraproduktif dengan acuan tema peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) tahun ini dan harapan untuk menuju Indonesia Sehat 2010.

Momentum untuk refleksi diri

Momentum peringatan Hari Kesehatan Nasional (2008) haruslah menjadi momentum refleksi dan evaluasi pemerintah atas sejauh mana peran pemerintah dalam melaksanakan tanggungjawabnya terhadap pelayanan kesehatan terhadap rakyatnya. Pelaksanaan HKN ini tidak selalu harus dilakukan dengan perayaan seremonial, pameran, atau aneka lomba, tetapi seharusnya bisa lebih menyentuh pada masyarakat seperti melihat dan mengukur seberapa besar kebijakan anggaran di sektor kesehatan, bagaimana pemenuhan fasilitas fisik pelayanan kesehatan, seberapa banyak masyarakat miskin yang tidak terjangkau layanan kesehatan dan seberapa besar jumlah masyarakat miskin yang mendapatkan Askes atau tidak mendapatkan Askes serta apa upaya mengantisipasinya, bahkan bila perlu bisa mendapatkan data terpilah tentang jumlah orang sakit atau bagaimana mendorong agar semakin banyak tenaga kesehatan professional.


Pada intinya adalah momentum HKN ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua untuk melakukan yang terbaik demi mewujudkan masyarakat Indonesia khususnya Aceh yang benar-benar “sehat”, bukan masyarakat yang hanya “dianggap sehat”.

Follow Us @soratemplates