Minggu, 07 Desember 2008

# d' ArGuMenTatios # goresan pena seorang LIZA

JANGAN KAU ANGGAP REMEH HAL YANG KAU ANGGAP REMEH

Dulu ketika duduk di bangku SMP seorang guru sering sekali mengatakan hal itu. Aku pun tak kalah sering untuk bertanya maksud perkataannya. " Kau akan menemui jawabannya dalam kehidupan ini." jawab sang guru penuh filosofi. Setelah itu aku diam dan tidak memaksakannya untuk menjelaskan secara mendetail maksud dari apa yang telah diucapkannya.

Seiring berjalannya waktu, maka jawaban itu semakin sering kudapatkan. Dari pengalaman pribadi sampai pelajaran hidup yang diajarkan alam. Salah satunya adalah ketika membaca berita tentang Sir Edmun Hillary, sang penakluk Mount Everest.

Para wartawan pernah dibuat terheran-heran oleh Sir Edmunt Hillary ketika mereka mencoba menyelidiki sesuatu yang paling ditakuti oleh penakluk pertama Mount Everest itu. Dalam sebuah wawancara, Hillary mengatakan bahwa iya tidak pernah takut pada binatang buas, jurang yang curam, bongkahan es raksasa, atau padang pasir yang luas dan gersang sekalipun!

"Lalu apa yang anda takuti?" buru seorang wartawan.
"Sebutir pasir yang terselip di sela-sela jari kaki," jawab Hillary singkat.
"WHY?"
"Sebutir pasir yang masuk di sela-sela jari kaki sering sekali menjadi awal malapetaka. Ia bisa masuk ke kulit kaki atau menyelusup lewat kuku. Lama-lama jari kaki terkena infeksi lalu membusuk. Tanpa sadar kaki pun tak bisa digerakkan. Itulah malapetaka bagi seorang penjelajah sebab dia harus ditandu." lanjut sang penjelajah mengobati rasa penasaran para wartawan.

Hillary tidak pernah takut pada harimau atau binatang buas lainnya karena secara naluriah binatang buas sebenarnya takut menghadapi manusia. Sedangkan untuk menghadapi jurang terjal, gunung es, atau padang pasir, seorang penjelajah pasti sudah punya persiapan yang memadai. Tetapi jika menghadapi sebutir pasir yang akan masuk ke jari kaki, seorang penjelajah tak mempersiapkannya. Bahkan cenderung mengabaikannya.

Sebenarnya apa yang dikatakan Hillary tentang penjelajah itu tidah jauh berbeda dengan kita yang sering mengabaikan dosa kecil. Coba saja kita renungkan, berdusta, berburuk sangka, ghibah, atau perbuatan tercela lainnya sering kali kita anggap sepele hingga tanpa sadar kita menjadi 'keterusan' melakukan dosa-dosa kecil itu yang lambat laun akhirnya menjadi kebiasaan. Dosa kecil itupun akan menjadi dosa besar yang pada akhirnya akan merugikan diri pribadi dan lingkungan. Oleh karena itu, Nabi Muhammad Saw sangat mewanti-wanti kita untuk tidak mengabaikan dosa-dosa kecil seraya melarang kita melupakan amal kebaikan walaupun itu juga kecil. Sesungguhnya tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus dan tidak ada dosa besar jika diiringi dengan taubat nasuha.

Terimakasih yang sebesar-besarnya kuucapkan untuk guruku yang telah mengajarkanku untuk tidah menganggap remeh hal yang ku anggap remeh. Walaupun sering sekali aku mengabaikannya.

Tangse, 7 Desember 2008. ( dikala gerimis tak kunjung reda )

1 komentar:

Follow Us @soratemplates