Tampilkan postingan dengan label ungkapkan dengan sebuah gambar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ungkapkan dengan sebuah gambar. Tampilkan semua postingan

Kamis, 17 Juli 2008

FOTO-FOTO DI UJUNG PANCU

Juli 17, 2008 2 Comments
Satu Hari di Ujung Pancu….

Siang itu sebenarnya aku sedikit enggan untuk melangkahkan kaki kemana-mana, terlebih lagi pada pagi hari sampai jam 12 siang aku harus mengikuti ujian Blok 12 tentang Special Sense. Kepenatan setelah ujian membuatku semakin urung untuk melangkahkan kaki. Tapi hendak dikata, aku telah menyetujui untuk menjadi salah satu tim penulis profil korban tsunami bersama teman-temanku yang tergabung dalam Forum Lingkar Pena, sebuah organisasi kepenulisan yang dicetuskan oleh Helvy Tiana Rosa, penulis kenamaan tanah air itu.

Seusai shalat zuhur di mushalla kampus, Bang Nurul yang menjadi PJ kegiatan itu pun datang menjemputku dan Ade yang saat itu juga bersamaku. Kabarnya aku dan teman-temanku akan di bawa ke Ujung Pancu. Hmmm, tempat apakah itu? namanya begitu asing di telingaku.

“ Kita ke ujung sumatra.” Jawab bang Nurul ketika kutanyakan kemana aku, dan beberapa teman-teman lainnya akan pergi.

Ujung Sumatra? Bukannya ujung Sumatra itu Pulau Weh yang terletak di Sabang?

Sesampai di Ujung Pancu, aku baru menyadarinya..Sebuah perkampungan penduduk yang terletak di kecamatan Peukan Bada Aceh Basar. Sesuai dengan namanya Ujung,,desa ini benar-benar terletak di ujung,. Kalau kita terus berjalan ke ujung desa tersebut, kita akan langsung disambut oleh lautan.

Ujung Pancu….

Sebuah wilayah yang cukup asri, dengan pemandangan yang sangat menawan hati. Hamparan laut biru langsung kita temui begitu menatap ke depan dan rimbunan bukit barisan yang amat tangguh akan menyambut jika kita menoleh ke belakang dari rumah penduduk. Tanahnya tidak begitu luas, masyarakat yang menetap di sana hanya bisa memanfaatkan kaki bukit untuk didirikan rumah dan jalan.


Hari itu merupakan kali pertama aku menginjakkan kaki di Ujung Pancu. Sebenarnya kedatanganku dan teman-teman tidaklah untuk berekreasi, tapi kami sedang menjalankan sebuah proyek pembuatan film documenter dan penulisan buku yang bertemakan “ KESAKSIAN TSUNAMI” yang bekerjasama antara Forum Lingkar Pena Aceh dan TDMRC. Aku, ade, dan kak Mala mewakili FLP, sedangkan bang Nurul, Jhon, dan dua temannya yang lain mewakili TDMRC serta pembuatan film documenter.

Ingin rasanya menikmati pemandangan Ujung Pancu yang memesona itu, tapi tugas tetaplah tugas. Aku harus langsung mewawancarai setiap penduduk yang memang telah ditentukan sebelumnya. Mencari tahu bagaimana keadaan mereka sebelum, ketika, dan setelah tsunami.

“Kami langsung berlari ke bukit itu ketika gelombang besar tsunami mulai menerpa kampung kami,” ungkap Irma, salah satu penduduk yang kuwawancarai. Begitu pula dengan kesaksian penduduk lainnya.

“Alhamdulillah karena bukit itu, tidak ada korban yang berjatuhan,” tambah Zuhra yang juga penduduk Ujung Pancu.

Perpaduan gunung dan bukit menjadi rahmat tersendiri bagi masyarakat di perkampungan nelayan itu. Para lelaki bisa menjaring ikan di laut dan memanfaatkan bukit barisan untuk menanam palawija, sedangkan para wanita mengeringkan ikan-ikan yang telah siap dijaring untuk dijadikan ikan asin yang nantinya bisa dijual. Dan bahkan ketika laut mengamuk dengan gelombang tsunami yang dihempaskannya pada pagi 26 Desember 2004 silam, bukit yang menjulang tinggi itu menjadi tameng yang sangat berharga.

Dinginnya air pegunungan di Ujung Panvu membuatku teringat akan kampungku Tangse,.. dan juga mamaku yang lima bulan lebih tidak kujumpai..(ma, Miss U Much)..but, back to topic…

Nah, yang paling menakjubkan di Ujung Pancu adalah pulau yang terletak tidak terlalu jauh darinya. Sejak menginjakkan kaki pertama sekali, mataku langsung disihir oleh pulau itu. waw, aku merasa seperti di film-film saja. ya, aku hanya pernah melihat pulau di tengah lautan itu di TV…

“Namanya Tuan Di Pulau,” jawab Kak Ira yang menjadi CP kami di daerah itu ketika kutanyakan tentang pulau yang menyihirku itu. ingin rasanya kurenangi lautan di depan mataku itu untuk melihat secara langsung Tuan di Pulau itu. tapi apa hendak dikata, aku tidak mampu berenang. Gaya renang yang kukuasai hanyalah GAYA BATU yang bisa menenggelamkanku setiap saat.

“ Ngga ada penduduk di pulau itu, yang ada hanya ular, monyet, mungkin juga ada harimau. Belum ada yang datang ke pulau itu,” tambah Kak Ira.

Wah, aku bisa menjadi santapan lezat harimau-harimau dan juga ular-ular di pulau itu. atau oooohhh, bisa-bisa para orang utan dan monyet-monyet di sana akan menganggapku bangsanya seperti TARZAN. Dan aku TARZAWATI..oh tidak,..gubrakkkk!!!!

Sayangnya, aku hanya setengah hari saja di Ujung Pancu. Tepat ketika matahari ingin kembali keperaduannya, kami harus beranjak dari tempat itu. namun, kami sempat melihat-lihat pemandangan Ujung Pancu sampai keperbatasannya. Dan ternyata, beberapa meter sebelum perbatasan terdapat Yayasan Lamjabat, sebuah yayasan yang bergerak dalam meningkatkan potensi SDM di bidang kerajinan tangan. Tapi karena waktu yang telah menuju magrib, kami tidak sempat singgah di yayasan itu. semoga suatu hari nanti aku bisa kembali ke Ujng Pancu dan menjelajahi seluruh wilayahnya termasuk pulau Tuan Di Pulau dan menjadi….. Oh NO

PUISI UNTUK MAMA

Juli 17, 2008 2 Comments

Puisi Untuk Mama

Mama,…

Aku ingin mempersembahkan sebuah puisi untukmu

Puisi cinta yang dulu sering kau terima dari papa

Tapi, kata-kataku tak seindah punya papa

Aku juga tak seromantis papa

Namun, kuingin mempersembahkan puisi ini untukmu mama

Aku tak tahu kata-kata apa yang harus kupilih untuk memulai

Bagaimana diksi yang pantas, aku pun bingung

Aku ingin mengumpamakanmu dengan berbagai majas yang dulu kerap papa utarakan padamu

Aku tidak bisa

Dan aku ingin mencoba

Mama,..

Kau bagaikan matahari

Yang selalu menerangi setiap ruang gelapku

Kau tetap tersenyum walaupun hujan mengaburkanmu

Walaupun malam menenggelamkanmu

Kau tetap menerangi hari-hariku

Karena engkau adalah matahariku

Mama,..

Kau menjadi inspirasi bagiku untuk terus bangkit

Kau menjadi pompa semangatku

Dan kau adalah hidupku

Aku tak tahu mama

Apa yang akan terjadi padaku

Jika Tuhan memisahkan kita

Mama,..

Aku ingin selalu bersamamu

Mendengar suaramu sepanjang waktu

Melihat senyum yang selalu terukir dari bibirmu

Aku sangat bersyukur pada Allah

Karena Dia telah melahirkanku dari rahimmu

Karena Dia telah menganugrahiku seorang mama sepertimu

Mama,..

Satu hal yang harus kau tahu

AKU AKAN SELALU MENCINTAIMU

Jumat, 04 Juli 2008

Oh! Tangse.... Sampai generasi ke berapa kau masih asri?

Juli 04, 2008 1 Comments
Ketika duduk di bangku SD, aku dan teman-teman sering menghabiskan waktu istirahat kami setelah pelajaran PENJASKES, dengan mandi di sungai. Tidak jauh, hanya sedikit menempuh pematang sawah dengan berlari-lari kecil, kami akan sampai di sana….
Ini adalah sungai yang menjadi salah satu tempat mainku waktu kecil. Aku jadi rindu masa-masa kecilku di desa.... (Emang sekarang udah jadi anak kota ya??? cpd), maksudku, ketika aku mengahabiskan seluruh waktuku di desa, sebelum aku hijrah ke kota Banda Aceh untuk menuntut ilmu…. Di sungai ini aku dan teman-teman sering bermain.... gitu loch! Kadang-kadang berenang.... Menangkap ikan-ikan kecil, de el el. Bahkan, kami kerap mencuci pakaian disini, jaraknya tidak jauh dari rumahku.... hanya sekitar 200 meteran. Dulu ketika umurku sekitar empat tahun, paha sampai kakiku pernah dicubit habis-habisan oleh mama. Betapa tidak, pagi-pagi buta aku telah melarikan diri dari rumah hanya untuk bermain ke sungai. Aku pergi tanpa minta izin, karena aku tahu mama pasti tidak mengizinkanku. Waktu itu aku yang masih kecil berpikir mama itu tega banget....jahat, masa aku dicubit hanya karena pergi ke sungai. Tapi aku yang telah besar sekarang (sebesar raksasakah?) sadar, mengapa mama melakukan hal itu? (Sudah sebesar ini baru sadar ya). Bayangkan saja aku yang masih imut-imut ke sungai sendirian, apa pun bisa terjadi, bukan? Bisa saja aku terhanyut, atau di mangsa babi hutan yang kerap menyisir tepi sungai di waktu pagi atau aku bisa saja diculik oleh orang jahat kemudian dijual ke luar negri atau apa pun.… Semua orang tua pasti khawatir. (Tenang Za anak itu hasil usaha orang tua, mereka gak kan mau rugi dan kehilangan anaknya. Mereka ingin mendapatkan pahala yang terus mengalir dari do'a anak yang sholehah, seperti kamu ini).

Kadang-kadang aku sering membangun sebuah bangunan dari pasir sungai yang kasar, sebenarnya aku ingin membangun rumah-rumahan, tapi aku tidak bisa! Sampai sekarang pun aku tetap tidak bisa….Tak jarang, aku dan teman-temanku bermain engklek di tanah berpasir di tepi sungai di sela-sela kami mencuci pakaian di siang hari. Kalau siang aku dan juga yang lain tidak berani mandi di sungai, karena orang tua di kampung mengatakan kalau siang hari jin sedang memandikan anak-anaknya (he.... Ada-ada aja tuh orang tua kampung, emang dia bisa liat yang ghaib? Bukannya ayat mengatakan: “Katakanlah: ‘Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (An-Naml: 65)) tapi kan itu dulu waktu ku kecil, jadinya kami takutttt....Hii....

Pulang Kampong

Juli 04, 2008 2 Comments
Wawww.... Duren…. It is very delicious…. Wohohohohoho. Sedap banget.... Hmmm.... Itu durian dari kebunku sendiri lho.... Pohonnya Cuma sebatang, kalau berbuah, buahnya juga tidak terlalu banyak. Maksimal 15 buah…. But, it taste.... Manis banget, daging buahnya banyak, bijinya sangat kecil. And then, warna daging buahnya kuning.... Tebal.... Hoho…. Senengnya kalo pulkam terus lagi musim durian….
Aku dan Tria, teman kecilku yang selalu setia menemaniku dikala liburan di kampong halaman sedang mencicipi durian di kebun.... Sedeeeppp.... Waktu itu aku bela-belain ke kebun hanya untuk makan durian. Meskipun celanaku basah Aku ngga peduli, yang penting bisa makan duren.... Mmmm.... Hehehe padahal, siangnya aku harus segera kembali ke Banda Aceh. Kalau dibilang maniak durian, ngga juga sih Kalau lagi lagi musim durian, ya aku juga ngga mau ketinggalan mencicipinya.... Kalau ngga ada pun aku ngga akan maksa.... Tapi makan durian langsung di bawah pohonnya yang paling kudambakan.... Upps.... Blepotan deh jadinya. Hei.... Tria ikut-ikutan. Yaa.... Jadi rame deh yang blepotan. Hihihihi.... Mau?
Taraa..... Ini dia pohon durian di kebun, tepatnya di samping rumahku yang sempat ku abadikan….. Gelap sih.... Waktu itu lagi terik-teriknya matahari.... Jadi kontrasnya lupa diatur.... But, masih kelihatan kan buah duriannya??? Coba hitung! To, wa, ga, pat, ma, nam.... Ya enam yang nampak dan sayang cuma 1 yang jatuh. Jadi buatku aja ya? kamu lihat-lihatin aja pohon tuh! Siapa tau ada yang jatoh juga. Wakakakaka.... Selain manjat dan makan durian aku juga meniliki sawah. Wahh.... Sawahku pekan ini panen.





Mana Mama ya????








Asyik.... Itu dia.... Di sana ada Mama yang lagi menyantap makan siang. Aemmm.... Nyam.... Nyam.... Hoaa.... Ikan goreng pake sambal. "Sini Za makan nakku!

dan Tante yang lagi asyik menyantap makan siang.... "Eits.... Senyum dulu ah sebelum di foto!" Ujar Tante di dalam hatinya


Hihihi.... Gayaku! Mari makan!?


Fiuh istirahat dulu coy, seharian manen padi sudah menumpuk di lumbung padi, hehehehehe.... Aku ikut makan siang meskipun ngga bantuin manen padi.


Habis aku ne kan calon dokter bukan calon insinyur pertanian, tapi gak pa lah.... Ngitung-ngitung jadi anak sholehah bantu orang tua kan sama dengan birul walidain.... Hehehehehe.

Follow Us @soratemplates