Hari ini, jam sebelas siang, kak Riza temanku sesama persoel FLP dan juga kerja dalam proyek majalah Pemda AER (Aceh Economic Review) memintaku untuk meliput kegiatan pemda hari ini. Pembahasan tentang inpres no.5 tentang pemberdayaan ekonomi khususnya untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang dihadiri langsung oleh tim khusu dari kementrian coordinator ekonomi. Acara yang cukup MEMBOSANKAN terlebih lagi semua yang berseragam coklat goni itu adalah kaum adam, paruh baya, hanya aku, kak Riza serta dua pegawai lainnya yang perempuan.
Sebenarnya, ngga nyambung banget kan? Kuliah di kedokteran jadi wartawan majalah ekonomi? Tapi begitulah…
Tunggu dulu, sebenarnya aku tidak ingin menceritakan panjang lebar tentang pekerjaanku sekarang. Nah, ada hal seru yang ngga mungkin aku lupakan sepanjang hidupku dan ingin kubagikan untuk teman-teman semua.
Apakah itu?
Kronologisnya, jam tiga siang aku keluar dari kantor gubernur setelah mengikuti serangkaian acara dan wawancara beberapa pejabat Pemda. Ketika menelusuri koridor kantor gubernur, aku mendengar teriakan-teriakan :HIDUP MAHASISWA. Langsung saja aku menyimpulkan kalau ada mahasiswa yang sedang demonstrasi di depan sana.
Ternyata dugaanku benar. Puluhan mahasiswa dengan jas almamaternya berwarna hijau sedang melancarakan aksi demonstrasi di depan kantor gubernur. Puluhan satpol PP dan Polisi telah memasang pagar betis untuk menghalang mahasiswa masuk ke dalam. Aku yang penuh penasaran langsung saja menerobos kerumunan demonstran itu. Siapakah yang kutemui? Mereka adalah teman-temanku di kampus dan beberapa lainnya dari fakultas lain.
Semangatku tiba-tiba berkobar saat mendengar orasi teman-temanku. Akupun bergabung dalam demonstrasi itu. Ngga tanggung-tanggung! Aku mengambil posisi di depan. Aku yakin, kalau ada pegawai pemda yang meilhatku pasti keheranan. Tahu kan kenapa?
Beberapa orator mewanti-wanti agar gubernur yang tercinta Irwandi menemui kami. Lama orasi itu disampaikan. Berganti-ganti orang. Bahkan berkali-kali kami mencoba menerobos pagar betis itu agar bias masuk ke dalam. Namun, nihil!!!! Irwandi tidak bergeming. Ia tetap saja diruangannya yang berAC. “Ada tamu penting,” begitu alasannya.
Jelas saja semua menjadi panas. Dan dengan menyanyikan yel-yel “TURUN.. TURUN…TURUN IRWANDI… TEMUI KAMI SEKARANG JUGA..!” barisan depan mencoba menerobos. Dan tetap saja tak berhasil
Tak lama kemudian, pak Setda keluar untuk mewakili pak Gubernur. “ Kami tidak perlu setda, kami tidak perlu stempel,” teriak yang laki-lakinya.
Para demonstran (termasuk aku di dalamnya) tetap bersikukuh untuk menemui Irwandi. Lama kami menunggu! Dan banyak wartawan baik cetak maupun elektronik yang dating dan meliput. (OMG, ada gambarku yang sempat terambil ngga ya)
Finally, karena waktu ashar pun tiba. Kami mencoba terobosan baru. Ya menghadiahkan OBAT KUAT untuk gubernur kita yang tercinta IRWANDI. Sebungkus OBAT KUAT dan diatasnya beberapa lembar uang seribuan diserahkan utnuk Irwandi melalui pak Setda. TUJUANnya apa? Ya, biar mereka semakin kuat mengabiskan uang rakyat!!!!
Sebenarnya, tujuan demonstrasi itu adalah untuk merefleksi sejauh mana kinerja IRWANDI-NAZAR dalam masa pemerintahannya. Apa yang telah dilakukan untuk rakyat? Mana pembuktian janji-janji tempo dulu ketika pilkada berlangsung? NIHILKAH senihil harapan mahasiswa yang ingin menjumpainya?
Rabu, 03 Desember 2008
# d' ArGuMenTatios
# goresan pena seorang LIZA
OBAT KUAT UNTUK GUBERNUR IRWANDI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar