Jumat, 01 Agustus 2008

HE IS BEKICOT




I hate that boy,..huh, kenapa sih aku harus bertemu dan berinteraksi dengan cowok itu. kenapa dunia ini begitu sempit sehingga aku harus bertemu dengan dia. sebenarnya awal pertemuan kami baik-baik aja. tidak ada perselisihan apa lagi pertengkaran. Tapi ketika kita udah sering berjumpa, rasa itu baru muncul. Aku mulai sebel terhadapnya. Dan kesebelanku itu naik tingkatannya, ibarat penyakit kanker yang memiliki berbagai stadium. Maka analogikan saja ketika pertama sekali aku bertemu dengan cowok itu adalah STADIUM I, artinya kankernya masih belum metastasis alias menyebar. Masih aman-aman saja. next karena hampir tiap bulan bertemu, kankernya semakin menyebar dan menjadi STADIUM II.

Nah, STADIUM IIInya (harus kemo,..hwwwwaaaaaaa) dimulai saat aku memilihnya sebagai salah satu personel di sebuah bulletin yang kebetulan akulah pimrednya. Duh, kenapa aku memilih dia. awalnya aku ngga terpikir kalo dia akan seperti itu.. duh,.. sikapnya itu lho, bossy banget. Masa’ aku diperintah-perintah. Aku kan ketuanya. Aku sengaja memilih dia menjadi penanggung jawab salah satu rubrik untuk meringankan sedikit tugasku, eh taunya aku yang diperbudak. Kalau emang dia ngga berminat kenapa ngga bilang dari dulu. Selain itu dia juga asyik memprotes nama-nama rubrik yang telah kususun bersama Ade dengan susah payah. Padahal tidak ada yang salah dengan rubrik-rubrik itu. Duhh, kenapa harus ada makhluk seperti dia????

Dan sekarang kesebelanku naik tingkat menjadi STADIUM IV, kronis banget udah. Kankernya udah bermetastasis keseluruh tubuhku termasuk otak. Bisa saja dengan tanpa kusadari metastasis kanker ini membuatku stroke. Kemuadian aku harus dirawat diruang ICU dan akhirnya…. Seandainya aku meninggal gara-gara itu, maka arwahku akan gentayangan untuk menggagu hidupnya. Takkan kubiarkan hidupnya tenang. Dia yang membuat ini semua terjadi (wahh, korban film horror.hihihihi).

Tau kenapa kesebelanku menjadi Stadium IV? Itu karena aku harus menjadi wakilnya dalam sebuah kepanitiaan yang kebetulan dialah ketuanya. Sebenarnya bukannya aku tidak mau, aku mau kok membantu dalam acara itu, tapi.. alasannya bukan karena DIA yang menjadi ketua,.tapi aku bener-bener tidak bisa. Ada amanah yang lebih besar yang harus kujalani. Bukankah lebih baik mengundurkan diri daripada aku Cuma numpang nama???? Apakah “kamu lebih milih mana FLP atau BEM FK?Milih jadi panitia acara yang diadakan FLP atau TEMILNAS BEM FK” merupakan sebuah jawaban yang bijak dari seorang ketua ketika wakilnya meminta solusi dan mengungkapkan permasalahannya?



Jujur kalau harus memilih dengan terpaksa aku akan memilih temu ilmiah nasional karena aku merupakan wakil dari kampusku untuk maju ke nasional. Maka dari itu aku ingin mengundurkan diri dari kepanitiaan ini. Karena tenagaku telah terkuras habis untuk menyebarkan proposal dan membuat karya tulis untuk temilnas. Aku telah mempersiapkan jauh hari sebelum acara FLP itu diadakan. Mestinya dia ngerti kalau aku tetap dikepanitiaan maka aku tidak akan memberikan apa-apa. Hari “H”nya pun aku tidak bisa hadir karena bertepatan dengan acara Temilnas. God help me!!! Aku juga sayang dengan FLP, dengan seluruh anggotanya kecuali DIA. dan tidak ingin keluar dari FLP.

Apakah itu jawaban yang bijak??? Selama ini aku belum pernah sesebal dan semarah itu sama orang, tapi dia? huuhhh,..seandainya di diriku mengalir darah psikopat, maka mungkin aku akan memutilasi dia kemudian akan kubuang mayatnya ke sarang buaya. Lumayan kan untuk menghilangkan jejak? tapi aku bukan psikopat, aku masih normal dan masih punya perasaan. Kalau masalahku dengannya tetap tidak terselesaikan, maka aku akan keluar dari FLP. Ya keluar. Untuk apa berlama-lama di sana kalau aku harus bertemu dengan cowok yang paling menyebalkan itu. hmm dari pada nantinya aku berubah menjadi psikopat? Terus berdosa? Hanya gara-gara cowok yang mirip bekicot itu?

Aku akan tetap bisa menulis tanpa harus bergabung dengan FLP. Walaupun dengan berat hati harus berpisah ,,,.. good bye FLP….

6 komentar:

  1. Ehhemm...

    Ada sebuah hadits Rasulullah (saya belum ngecek sih, haditsnya sahih, dhaif atau maudhu), kata Rasulullah : Jikalau engkau mencintai seseorang, janganlah mencintainya 100% karena bisa jadi suatu saat dia akan mengecewakanmu, sebaliknya jikalau engkau membenci seseorang, janganlah membencinya 100% karena bisa jadi suatu saat dia akan menjadi penolongmu dan kau akan jatuh cinta setengah mati padanya.

    So hati-hati lho... kata orang, batas antara benci dan cinta itu sangat tipis...:)

    BalasHapus
  2. Liza anggota FLP juga rupanya? Kita sealmamater dong..:) Kebetulan saya juga pernah jadi anggota di FLP DKI Jakarta, tapi sekarang nggak aktif lagi. Meski demikian saya tetap menjalin hubungan baik dengan teman2 FLP. Titip salam untuk teman2 FLP Aceh...:)

    BalasHapus
  3. iya sih,..tapi liza ngga benci2 amat kok sama dia,..hiiii,..janagan sampe deh jatuh cinta sama dia,..kemarin itu cuma salah paham,..alhamdulillah sekarang m,asalahnya udah clear,..owh,..anggota FLP jg,..kenapa ngga aktif lagi ya mas adnan?

    BalasHapus
  4. Hahaha... Liza jadi takut juga ya kalau rasa bencinya berubah jadi cinta?...:) Tapi Alhamdulillah udah clear ya.

    So kalau ada kata2 saya yang kurang berkenan di hati Liza, jangan terlalu dimasukin hati ya? saya orangnya suka becanda...:)

    Iya saya udah lama gak aktif di FLP karena kesibukan kerjaan, dll. Namun saya tetap komunikasi dengan mereka, kebetulan sekretarisnya adalah sahabat saya, dan saya tetap men-support teman2 FLP.

    BalasHapus
  5. hehhehe,..habisnya liza udah pernah lihat sendiri temen liza yang nikah sama musuhnya waktu SMA,..duh,..emang batas anatara benci dan cinta itu sangat tipis ya mas

    BalasHapus
  6. Iya cinta memang penuh dengan misteri. Rahasia Allah. Kalau teman Liza, bisa jadi pada awalnya mereka emang sudah ada saling suka, tapi sama2 gengsi atau salah satu sok jual mahal, akibatnya salah satunya jadi benci gitu deh.

    btw di FLP sekarang kegiatannya apa aja? Ada pelatihan menulis? Liza udah pernah nulis cerpen atau novel? Dimasukin di blog dong biar bisa diapresiasi.

    Tulisan kita kalau dibaca orang dan dapat memberikan hikmah atau manfaat pada orang lain, nilainya ibadah lho. Maka bersyukurlah orang yang punya bakat menulis kayak Liza...:)

    So... teruslah menulis, never give up!

    BalasHapus

Follow Us @soratemplates