Siang itu saya merasa kesal sendiri dengan pernyataan dosenku, “ Kita harus memanage waktu seefektif mungkin. Ketika cluenya sudah dapat, segera alihkan pembicaraan dengan pasien. Ingat, selain dia masih banyak pasien lain yang sedang antri di belakang.”jelasnya ketika memberikan instroduksi anamnesis psikiatrik kepada kami. Memang tidak ada yang salah dengan kata-katanya. Kalau kita hanya terfokus pada satu pasien, maka kita telah mengabaikan pasien yang lain. Jadi kesimpulannya adalah bagaimana caranya kita harus bisa meresepkan obat kepada semua pasien. That’s all. Lantas dimanakah hubungan terapeutik antara dokter dan pasien disini? Kalau sang dokter hanyalah penulis resep, bukan rekan, mitra, ataupun orang yang dianggap mampu memberikan solusi yang mantap?
Dalam praktik kedokteran, menyembuhkan merupakan interaksi anatara manusia yang harus penuh dengan kasih sayang, dan bukan transaksi bisnis. Ketika seorang dokter atau perawat mengulurkan tangan mereka kepada pasien yang mengeluhkan rasa sakit atau kerapuhan mereka, maka ini bisa mnejadi dasar sebuah ikatan sejati, bahkan persahabatan. Tapi dalam kenyataannya, sedikit sekali dokter atau pasien yang merasakan kedekatan ini. Saya merasa yakin bahwa dengan hilangnya hubungan ini telah memicu banyaknya kritik terhadap dunia kedokteran, klaim malpraktek, dan menimbulkan ketidakleluasaan paramedic untuk memberikan pelayanan kesehatan.
Sekarang dapat kita lihat betapa ilmu kedokteran telah berpindah dari tataran komunitas ke tataran perusahaan sehingga menjadi industri nomer wahid hampir di setiap negara. Padahal kita tahu bahwa perawatan kesehatan itu tidak bisa dijadikan sebuah industri. Bagaimana suami-istri, keluarga, kelompok, komunitas, negara, atau dunia bisa kuat kalau kesehatan atau kesejahteraan mereka bukan sebuah prioritas? Yang terjadi saat ini lebih menitikberatkan pada bisnis ketimbang pelayanan sehingga menyebabkan banyak kesulitan, biaya pengobatan yang tinggi, ataupun tuntutan malpraktik.
Kita, baik itu dokter atau pasien memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dapat melalui saat-saat terburuk dalam hidup jika kita bersikap sebagai teman dekat dan saling menghormati. Hidup itu lebih besar dari penyakit, diagnosis, pengobatan atau mekanisme penyakit.
Berubah Menjadi Badut
Inilah yang dilakukan Patch Adams, seorang revolusioner sosial, DOKTER, badut, dan pria dengan segudang prestasi. Patch adalah pendiri Gesundheit! Institute, klinik pengobatan gratis di West Virginia ang telah merawat lebih dari 15.000 pasien. Patch melakukan pendekatan hubungan personal kepada pasien untuk membantu mereka sembuh, bukan semata pendekatan klinis yang diterapkan rumah sakit pada umumnya. Dia sering kali memakai hidung badut berwarna merah untuk menghibur anak-anak kecil yang sakit ataupun mengajak mereka yang gelisah berjalan-jalan menuruni perbukitan.
Sungguh perbuatan yang sangat mulia. Pertanyaannya, adakah klinik pengobatan gratis di tempat kita? yang tenaga medisnya dengan tulus melayani pasiennya 24 jam seperti di Gesundheit Institute? Seorang dokter yang berubah menjadi badut dan melakukan berbagai atraksi yang dilakukan badut umumnya agar pasiennya tersenyum dan tidak ketakutan?
Jujur, setelah membaca kisah inspiratifnya Patch Adams, seorang dokter eksentrik yang menyembuhkan dengan humor dan kebahagiaan. Aku seperti ingin menyelami dunia yang dilakukan Patch. Memang, aku tidak mungkin menjadi badut, tapi aku bisa menjadi apapun itu yang pada akhirnya dapat membuat pasienku merasakan kalau aku adalah sahabatnya.
Sekarang dapat kita lihat betapa ilmu kedokteran telah berpindah dari tataran komunitas ke tataran perusahaan sehingga menjadi industri nomer wahid hampir di setiap negara. Padahal kita tahu bahwa perawatan kesehatan itu tidak bisa dijadikan sebuah industri. Bagaimana suami-istri, keluarga, kelompok, komunitas, negara, atau dunia bisa kuat kalau kesehatan atau kesejahteraan mereka bukan sebuah prioritas? Yang terjadi saat ini lebih menitikberatkan pada bisnis ketimbang pelayanan sehingga menyebabkan banyak kesulitan, biaya pengobatan yang tinggi, ataupun tuntutan malpraktik.
Kita, baik itu dokter atau pasien memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dapat melalui saat-saat terburuk dalam hidup jika kita bersikap sebagai teman dekat dan saling menghormati. Hidup itu lebih besar dari penyakit, diagnosis, pengobatan atau mekanisme penyakit.
Berubah Menjadi Badut
Inilah yang dilakukan Patch Adams, seorang revolusioner sosial, DOKTER, badut, dan pria dengan segudang prestasi. Patch adalah pendiri Gesundheit! Institute, klinik pengobatan gratis di West Virginia ang telah merawat lebih dari 15.000 pasien. Patch melakukan pendekatan hubungan personal kepada pasien untuk membantu mereka sembuh, bukan semata pendekatan klinis yang diterapkan rumah sakit pada umumnya. Dia sering kali memakai hidung badut berwarna merah untuk menghibur anak-anak kecil yang sakit ataupun mengajak mereka yang gelisah berjalan-jalan menuruni perbukitan.
Sungguh perbuatan yang sangat mulia. Pertanyaannya, adakah klinik pengobatan gratis di tempat kita? yang tenaga medisnya dengan tulus melayani pasiennya 24 jam seperti di Gesundheit Institute? Seorang dokter yang berubah menjadi badut dan melakukan berbagai atraksi yang dilakukan badut umumnya agar pasiennya tersenyum dan tidak ketakutan?
Jujur, setelah membaca kisah inspiratifnya Patch Adams, seorang dokter eksentrik yang menyembuhkan dengan humor dan kebahagiaan. Aku seperti ingin menyelami dunia yang dilakukan Patch. Memang, aku tidak mungkin menjadi badut, tapi aku bisa menjadi apapun itu yang pada akhirnya dapat membuat pasienku merasakan kalau aku adalah sahabatnya.
mencoba berprasangka baik saja, barangkali dosen liza tu ga da maksud untuk mengabaikan hubungan yang 'sekedar' aktifitas klinis saja antara dokter-pasien. Dosen liza mungkin menganggap bahwa kalo terlalu lama dengan satu pasien akan mengabaikan pasien lain. Dengan kata lain, dosen liza tu pengen semua pasien tu terlayani..apalagi kan katanya sekarang dimana2 tu kekurangan dokter
BalasHapusIjal rasa konsep liza dengan dosen liza tu bisa dipadukan, jadi bagaimana caranya hubungan antara dokter dan pasien itu bisa lebih dari sekedar aktifitas klinis tetapi juga aktifitas personal dan juga di sisi yang lain pasien yang terlayani juga cukup banyak.
Btw, apa liza ada rencana mengikuti jejak Mr Patch Adam? Kalo ada kita dukung nih..walopun untuk sekarang paling ijal coba bisa ngasih doa dan dukungan moral saja :p
kalo kamu pilih yg mana neh?jadi dkter sedokter2nya atao dokter nyambi bisnis hahaha
BalasHapuskl km bnr2 jd dokter sedokter2nya wuih...mantap tu salut sesalut2nya dech:)
kalo bingung tar mlm sholat istikharak dl ya biar diberi pilihan yg pas sebelum terjun di dunia senyata nyatanya.
iya, ijal benar... tapi... susah diungkapkan dengan kata-kata..
BalasHapusdoain aja ya gung!!!
wass
liza
Kalo abang..dukung yang mana terbaik buat kamu dech, soalnya prioritas orang beda-beda jadi dokternya...tapi kalo itu yang terbaik buat dua-duanya, malah lebih bagus, karena hidup cuma sekali, so buat keputusan yang terbaik...
BalasHapusOjo kongsi...kleru...
Wawww...
BalasHapusKeren banget ya blognya..
Artikelnya berbobot bangettt
sukses terus ya....
mampir ya..!!
http://gitarkeren.blogspot.com
tukeran link ya...
thx daniel azhari,..wah namamu sama seperti artis itu yaaa.. ada azharinya :)
BalasHapusiya bang hijrah,.semua depend on ourself.. semoga apa yang sedang dijalani adalah yang terbaik..
amiin
Kunjungan balik dari saya.
BalasHapusNice blog