Apa yang telah kau berikan untuk negerimu? Sebuah pertanyaan yang sangat menggelitik, membuatku sadar, dan kembali bertanya “apa yang telah kuberikan?” Nothing. Tidak ada yang bisa kusumbangkan untuk negeriku selama aku hidup di bumi pertiwi ini.
Memalukan memang. Dua decade aku menjadi bagian dari negeri ini, tapi aku hanya numpang saja tanpa mampu balas saja. Kalau dihitung dalam detik, menit, dan jam sungguh tak sanggup kulakukan. Bukanlah sebuah alasan jika aku berdalih kalau aku tak lebih dari seekor semut di negeri ini. Wajar saja aku tidak bisa berbuat sesuatu. Aku sangat kecil di negeri yang sangat besar.
Sebuah alasan yang sangat tidak rasionalis, dan sangat kelihatan dibuat-buat.
Sering ketika menjawab soal-soal kewarganeraan tentang hal-hal apasaja yang dilakukan anak negeri untuk mengisi kemerdekaan bangsa ini, maka aku akan menjawab : Belajar dengan tekun dan menghargai jasa pahlawan. Sebuah jawaban yang memang telah terdikte dan termaktub dalam buku-buku. Itu saja. Tidak lebih. Dapat nilai bagus, sudah cukup.
Semakin beranjak dewasa, aku semakin sadar. Memang keberadaanku takkan bisa merobohkan benteng keterpurukan negeri ini. Tapi aku yakin, kedua tanganku mampu meringankan beban saudaraku yang memerlukannya. Ya, aku yakin itu.
Kita tidak perlu menjadi hebat dalam bertindak, tapi berbuatlah untuk menjadi hebat. Aku, yang mengecap ilmu kedokteran merasa yakin bisa memberikan sumbangsih yang besar untuk negeriku. Kemampuanku sebagai dokter nantinya bisa membantu meringankan angka kesakitan di negeri ini.
Sehat adalah dambaan setiap orang di seluruh pelosok dunia. Karena cara paling cepat masuk kubur adalah dengan mati. Cara paling cepat mati adalah dengan sakit-sakitan. Adalah fakta jika kebanyakan orang tidak ingin cepat mati. Oleh sebab itu, tidak mengherankan bukan jika orang-orang rela menghabiskan seluruh hartanya biar tetap sehat?
Sehat bukan hanya merefleksikan prospek untuk hidup lebih lama, bahkan juga menjadi fondasi untuk hidup lebih produktif secara sosial maupun ekonomi. Jadi, bebas penyakit adalah syarat utama untuk hidup lebih maju. Maka wajar saja kalau di negara-negara maju, angka kematian sangat kecil. Bandingkan saja, dari 1000 kelahiran bayi di Indonesia, 33 diantaranya meninggal. Sementara Malaysia, tetangga kita, hanya 8 yang meninggal dari 1000 kelahiran (UNDP, 2003).
Kebutuhan akan sehat tidak hanya diperoleh dengan cara hidup sehat, tapi juga dengan adanya pelayanan kesehatan. Adalah tugas negara untuk membuat rakyatnya sehat dengan membuka akses kesehatan secara maksimal. Kesempatan untuk mendapat pelayanan kesehatan dipandang sebagai hak paling asasi dari rakyat. Maka tidak boleh tidak, pemerintah harus menyediakan rumah sakit, dokter, perawat, obat-obatan, perlengkapan serta pelayanan lainnya dengan mutu dan standar yang optimum.
Namun pada kenyataannya, pelayanan kesehatan di masyarakat kita masih jauh untuk dapat dikaatakan memadai, terlebih lagi jika hal itu telah menyangkut rakyat miskin, masyarakat yang justru mendominasi negeri ini. Tidak jarang kita melihat banyaknya kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah terutama menyangkut program-program yang ditawarkan pemerintah untuk memudahkan mereka dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Nah, dengan kemampuan yang kumiliki, ingin rasanya mengabdi untuk negeri ini. Bukan ingin, tapi aku harus mengabdi. Sekarang aku hanya seorang mahasiswa kedokteran yang sebentar lagi memasuki semester enam, semester delapan nantinya aku akan mengikuti kepanitraan klinik di rumah sakit, satu setengah tahun lagi aku akan menjadi dokter. Yeah, kalau diakumulasikan lebih kurang tiga tahun lagi aku resmi menjadi dr. Liza Fathiariani (amiiin, mudahkanlah jalanku ya Rabb!)
Kalau sekarang, aku belum bisa menerapkan ilmu yang kumiliki untuk masyarakat. Karena memang peraturannya seperti itu. Bisa-bisa aku dikeluarkan dari kampus jika ketahuan. Lantas, apa yang bisa kulakukan? Yupz, aku bisa mengabdi untuk negeriku dengan bersungguh-sungguh belajar, aku juga bisa menyuarakan aspirasi saudaraku dengan lidah dan penaku. Ya pasti bisa. Insyaallah.
Jika aku manjadi dokter nanti, ingin rasanya aku mengikuti jejak Patch Adams, seorang revolusioner sosial, DOKTER, badut, dan pria dengan segudang prestasi. Patch adalah pendiri Gesundheit! Institute, klinik pengobatan gratis di West Virginia ang telah merawat lebih dari 15.000 pasien (lengkapnya buka http://liza-fathia.blogspot.com/2009/01/dokter-atau-badut.html). Menjalankan profesiku tanpa harus membebankan saudaraku. Semoga engkau mengabulkannya ya Allah. Amien..
“The people that are trying to make this world worse are not taking a day off — how can I? — Light up the darkness.” (I Am Legend)
Rabu, 28 Januari 2009
Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009
Label:
d' ArGuMenTatios,
d'DoctorZone,
goresan pena seorang LIZA,
hanya sebuah ungkapan,
Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kudoakan apa yang kamu cita2kan tercapai ya liz. susah emang dapat pelayanan gratis dinegeri ini. biasanya kalo gratis mutunya jelek,.semoga kamu bisa memberikan pelayanan gratis dengan mutu bagus. amin
BalasHapusmulia sekali..amien..tapi jangan lupa sama keluarga dan anak2 ya bu..
BalasHapusAss, pue haba syedara long yang na disinan????
BalasHapusSaleum meuturi.... :D
@ anonim : makasih banyak ya,..semoga semuanya bisa tercapai,..amiin
BalasHapus@ ijal : anak2? emang liza udah punya anak? insyaallah ngga jal..
@fahrisalakbar : waalaikumslm,..haba get..saleum meturi teuma
maksud ijal kalo liza udah berkeluarga dan punya anak..jangan lupa sama mereka..mau berperan banyak untuk masyarakat itu baik sekali dan harus dilakukan..tapi ijal kira mempersiapkan generasi yg lebih baik (pemikiran, cara pandang dlsb) dari kita itu lebih penting dan jangan dilupakan..
BalasHapuspastinyaaa
BalasHapusyups kembali kejati diri seorang dokter, yaitu memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal tanpa mengedepankan balasan materi dari pasien walaupun itu juga sebuah kebutuhan yang manusiawi. Semoga semakin banyak terlahir dokter2 yang berhati mulia.......
BalasHapusjadi dokter ya? mungkin ikut memberikan informasi lebih membantu ketimbang mengobati, hehe..
BalasHapussalam kenal.
@rice2gold & budienarto : amien,.mohon doa dan dukungannya yaa
BalasHapusAssalamu alaikum sejawat junior.... semoga cepat meraih gelar dokter dan cepat juga menyumbangkan usaha dan pikiran dalam upaya menyehatkan bangsa kita Indonesia. Amien. Satu hal nanti dalam masyarakat gunakanlah ilmu dan kesempatan untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. Utamakan kesehatan masyarakat dengan memberikanan kepastian waktu, biaya maupun pelayanan.
BalasHapusAmien,..insyaallah sejawat senior,..mohon doa dan dukungannya
BalasHapusIlmu apapun yang kita miliki kita tetap bisa berbuat sesuatu bagi begeri ini. Kemiskinan masih menjadi masalah utama di negeri ini. Dibutuhkan tenaga2 kesehatan yang benar2 menjunjung tinggi sumpah profesinya, sehingga tidak ada lagi penolakan terhadap pasien miskin.
BalasHapusBelum menjadi dokter, atau belum menyelesaikan study rasanya bukan sebuah penghambat untuk tidak memulai menerapkan sesuatu yang berhubungan dengan itu.
BalasHapusTerkadang, banyak hal kita pikir terlalu besar padahal sebuah ide besar tersusun dari elemen-elemen kecil berupa detail-detail yang kadang terlupakan.
Nah, memulai dari yang kecil dan kreatif pun ga salah kok. Ga akan dikeluarkan dari kampus.
Btw, angkat jempol untuk semangatnya.
Semoga menjadi dokter yang berguna demi kemajuan bangsa ini
BalasHapus@ BEBASKAN NEGERIKU :yups, banyak hal yang dapat kita lakukan untuk negeri ini,..seberapa besar dan kecil ilmu kita
BalasHapus@ arif nofiyanto : ya, memulai dari hal yang terkecil, dari diri sendiri, dan sekarang
@andi has : amiin, mohon doanya ya andi
Aslm fathia.aq setuju dg tmn2 kyk budi,arif and jg km dunk.km pasti ud punya ilmu ttg pola hidup sehat.karena bicara sehat,pasti bicara makanan,bicara olah raga.2 hal ini yg biasanya plg susah,apalagi soal ngedisiplinin 2 hal ini.
BalasHapusMksd dr yg kecil dr aq ya ini.mungkin malahan km ud nerapin,...haha....telat deh.
Cepat jd dokter y fathiarani.
ass... rizal pikir untuk berbuat yang besar sebaiknya dimulai dari yang kecil agar kita bisa punya dasar dan pondasi yang kokoh untuk sesuatu yg lebih besar
BalasHapus